BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata
Dyspepsia berasal dari bahasa -Yunani yang berarti pencernaan yang sulit
/ jelek, juga dikenal sebagai sakit perut atau gangguan pencernaan, mengacu
pada kondisi gangguan pencernaan Ini adalah suatu kondisi medis yang ditandai
dengan nyeri kronis atau berulang di atas. perut kepenuhan dan merasa
kenyang lebih awal dari yang diharapkan ketika makan. Hal ini dapat
disertai dengan kembung, bersendawa, mual, atau mulas. Dyspepsia adalah masalah
umum, dan sering akibat penyakit gastroesophageal reflux (GERD) atau gastritis,
tetapi dalam sebuah minoritas kecil mungkin merupakan gejala pertama dari
penyakit ulkus peptikum (tukak lambung dari lambung atau duodenum) dan
kadang-kadang kanker.
Banyak
sumber, banyak juga angka yang diberikan. Ada yang menyebut 1 dari 10 orang,
namun ada juga yang menyatakan sekitar 25 persen dari populasi. Mengenai jenis
kelamin, ternyata baik lelaki maupun perempuan bisa terkena penyakit itu.
Penyakit itu tidak mengenal batas usia, muda maupun tua, sama saja. Di
Indonesia sendiri, survei yang dilakukan dr Ari F Syam dari FKUI pada tahun
2001 menghasilkan angka mendekati 50 persen dari 93 pasien yang diteliti.
Sayang, tidak hanya di Indonesia , di luar negeri pun, menurut sumber di
Internet, banyak orang yang tidak peduli dengan dyspepsia itu. Mereka tahu
bahwa ada perasaan tidak nyaman pada lambung mereka, tetapi hal itu tidak
membuat mereka merasa perlu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
B.
Rumusan Masalah
a. Apa definisi dyspepsia itu ?
b. Bagaimana etiologi dyspepsia ?
c. Bagaimana patofisiologi dyspepsia ?
d. Apa saja Manifestasi Klinis dyspepsia
?
e. Bagaimana cara Penatalaksanaan Medik
dyspepsia ?
f. Bagaimana cara Tes Diagnostik dyspepsia
?
g. Bagaimana Terapi/Pengobatan dyspepsia
?
h. Bagaimana cara Pencegahan dyspepsia
?
C.
Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dyspepsia
itu ?
b. Menjelaskan tentang etiologi dyspepsia
?
c. Supaya mengetahui patofisiologi dyspepsia
?
d. Menjelaskan tentang Manifestasi
Klinis dyspepsia ?
e. Untuk mengetahui cara Penatalaksanaan
Medik dyspepsia ?
f. Menjelaskan tentang Diagnostik dyspepsia
?
g. Menjelaskan tentang Terapi/Pengobatan
dyspepsia ?
h. Menjelaskan tentang cara Pencegahan dyspepsia
?
D.
Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada teman-teman untuk menambah
pengetahuan dan wawasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dyspepsia
(Mansjoer A edisi III, 2007).
Dyspepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan
saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual,
yang kadang¬kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang,
anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi,
2009).
Sedangkan menurut
Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan, (2008) dyspepsia
merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau
sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
B.
Etiologi
-
Perubahan pola makan
-
Pengaruh obat-obatan yang dimakan
secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
-
Alkohol dan
nikotin roko
-
Stres
-
Tumor atau kanker saluran pencernaan
C.
Patofisiologi
Perubahan pola
makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin
dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi
kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan
erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi
demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
D.
Manifestasi Klinis
-
nyeri perut (abdominal
discomfort)
-
Rasa perih di ulu hati
-
Mual, kadang-kadang sampai muntah
-
Nafsu makan berkurang
-
Rasa lekas kenyang
-
Perut kembung
-
Rasa panas di dada dan perut
-
Regurgitasi (keluar cairan dari lambung
secara tiba-tiba)
E.
Penatalaksanaan Medik
a.
Penatalaksanaan non farmakologis
-
Menghindari makanan yang dapat
meningkatkan asam lambung
-
Menghindari faktor resiko seperti alkohol,
makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
-
Atur pola makan
b.
Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
-
Sampai saat ini belum ada regimen
pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat
dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan
bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
-
Obat-obatan yang diberikan meliputi
antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat
pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)
F.
Tes Diagnostik
Berbagai macam
penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom dyspepsia,
oleh karena dyspepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran
pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka
perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu
diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
a. Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan
penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan
lainnya. Pada dyspepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas
normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan
radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan.
Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan
bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi
(Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan
definisi bahwa pada dyspepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau
sangat tidak spesifik.
d. USG
(ultrasonografi)
Merupakan diagnostik
yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu
menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan
efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun
dapat dimanfaatkan
e. Waktu
Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan
dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dyspepsia fungsional
terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.
G.
Terapi/Pengobatan
Pengobatan yang
diberikan pada penderita dyspepsia adalah :
-
Suportif
Ditujukan terhadap
perubahan pola kebiasaan terutama mengenai jenis makanan yang berpengaruh.
-
Medikamentosa
Pemakaian antasid
dalam jangka pendek dapat mengurangi keluhan pasien. Obat-obat golongan anti
asam yang bekerja sebagai penghambat pompa proton dengan dosis optimal pada
saat awal terapi dan dilanjutkan setengah dosis pada tahap berikutnya.
H.
Pencegahan
Pola makan yang
normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal
makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam
tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu
penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu
fungsi lambung.
BAB III
TINJAUAN KASUS
DYSPEPSIA TIPE MIXED
I. Identitas Pasien
a. Nama :
Tn. T
b. Umur :
39 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Status : Berkeluarga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Blang Balok
g. Tanggal Masuk : 18 Januari 2016
II. Anamnesa
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a.
Keluhan utama : pasien merasakan
nyeri perut.
b.
Riwayat perjalanan penyakit : pasien datang dengan keluhan nyeri perut.
sakit di lambungnya sudah 3 hari.
2. Riwayat kesehatan masa lalu : sebelum
pasien pernah merasakan sakit demam
naik turun.
3. Riwayat kesehatan keluarga : -
4. Aktivitas dan Istirahat
Dirumah : klien mengatakan sebelum sakit melakukan
aktivitas sehari-hari yaitu sebagai sopir. Klie mengatakan tidur siang dan
tidur malamnya ± 8 jam. Saat klien tidur siang ± 2 jam dan tidur malamnya ± 9
jam.
Di
RS
: Kien tampakm lemah dan hanya
berbaring ditempat tidur. Klien mengatakan tidurnya sangat jarang dan hany
dapat tidur ± 1 jam kadang-kadang, serta tidurnya tidak puas.
5. Personal Hygiene
Di rumah : Klien mengatakan mandinya 2x sehari,
gosok gigi 2x sehari, dan memotong kuku apabila panjang.
Di
RS
: Klien mengatakan tidak
menggosok gigi tapi hanya berkumur-kumur saja dan klien hanya diseka oleh
isterinya di pagi hari.
6. Nutrisi
Dirumah : Klien mengatkan makan 2x sehari karena sedang bulan
puasa dan klien mengatakan minumnya 6-7 gelas sehari
Di RS : Klien megatakan makannya sangat
jarang dan tidak nafsu, klien hanya dapat makan ± 5 sendok makan, klien
mengatakan merasa mual dan minum jarang ± 5-6 gelas sehari.
7. Eliminasi (BAB dan BAK)
Dirumah : Klien mengatakan BAB lancar dan BAK tidak menentu, feses
klien padat dan lembek.
Di RS : klien mengatakan tidak ada BAB dan
BAK hanya 1 kali,
8. Seksualitas
Klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai anak.
9. Psikososial
Psikologi klien tampak ramah dan sopan, hubungan klien dengan keluarga,
perawat, dokter dan tim medis lainnya baik
10. Spiritual
Klien beragama Islam dan klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
III. Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan umum : pasien merasakan nyeri di perutnya.
2.
Tingkat kesadaran : baik.
Vital sign : - tekanan
darah (TD) : 100 / 80 mmhg
: -
pernafasan (respirasi) : 17 X/i
: -
denyut nadi ( pols) : 65 X/i
: -
suhu (temperature) : 37,0 °C
3.
Tinggi badan : 160 cm
4. Berat
badan : 55 kg
5.
Kepala dan Leher : Tekstur
kepala dan leher tampak simetris, kebersihan kulit kepala baik tidak terapat
ketombe, persebaran rambut merata, warna rambut hitam, tidak ada benjolan pada kepala,
pada leher tidak ada pembeasran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, leher dapat
digerakkan ke kanan dan ke kiri.
6.
Penciuman dan Hidung :
Struktur hidung tampak simetris, kebersiahn hidnubg
baik, tidak ada secret didalam hidung, tidak ada peradangan, perdarahan,
dan nyeri, fungsi penciuman baik (dapat membedakan bau minyk kayu putih
denga alkohol)
7.
Pendengaran dan Telinga : Struktur
telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga baik, tidak ada serumyang
keluar, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, klien mengtakan telinganya
tidak berdengun, fungsi pendengaran baik(kilen dapat menjawab pertanyaan dengan
bai tanpa harus mengulang pertanyaan), klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
8.
Mulut dan Gigi : Struktur mulut
dan gigi tampak simetris, mukosa bibir tampak kering, kebersihan mulut dan gigi
cukup baik, tidak terapat peradangan dan perdarahan pada gusi, lidah tapak
bersih dan klien tidak meggunakan gigi palsu.
9.
Dada, Pernafasan dan
Sirkulasi : Bentuk dada simetris, frekuensi
nafas 20x/menit, tidak ada nyeri tekan pada dada, klien bernafas melalui
hidung, tidak ada terdengar bunyi nafas tambahan seperti wheezing atau ronchi,
CRT kembali ± 3 detik.
IV. Diagnosa
Pasien mengalami dyspepsia Tipe Mixed
V. Terapi Medis
IVFD RL 20 tt/i
Inj Rani I A / 2 j
Inj Metoc IA/ 12 j
Omeprazole 2x1
Domperidone 3x1
PCT 3x 1
Plazepam 2x1
Neurodex 2x1
VI. Analisa Data
·
Klien mengatakan nyeri pada
abdomen atas (epigastrium)
·
Klien mengatakan nyeri pada
abdomen karena tidak ada makan
·
Klien mengatakan nyerinya seperti
ditusuk-tusuk
·
Klien mengatakan nyerinya bisa
berjam-jam
·
Klien mengatakan nyeri saat
abdomennya ditekan
·
Klien mengatakan tidak nafsu
makan
·
Klien mengatakan hanya
menghabiskan 5 sendok makan
·
Klien mengatakan mual
·
Keluarga klien mengatakan klien
tidak dapat beraktivitas sendiri
VII. Intervensi
·
Kaji status nyeri
·
Observasi TTV
·
Berikan kompres hangat
·
Berikan posisi nyaman
·
Kolaborasi dengan pemberian obat
analgetik
·
Meningkatan peredaran darah
dengan vasodilatasi dapat mengurangi rasa nyeri
·
Posisi yang cepat membuat nyeri
tidak terasa
·
Anjurkan makan sedikit tapi sering
·
Berikan lingkungan yang tenang
·
Anjurkan untuk membatasi
aktivitas dan melakukan perawatan sesuai kebutuhan.
VIII.
Evaluasi
S : klien mengatakan nyeri pada abdomen
dan nyerinya seperti ditusuk-tusuk selama berjam-jam.
O : klien tampak meringis
kesakitan.
A : masalah nyeri akut belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
·
Kaji status nyeri
·
Observasi ttv
·
Berikan kompres hangat
a.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah
kesehatan yang tersebut diatas menarik minat peneliti untuk menulis karya tulis
ilmiah oleh karena masalah tersebut harus ditanggulangi untuk mengurangi dan
mencegah komplikasi – komplikasi yang lebih berat. Dan untuk mengatasi masalah
– masalah yang lazim tersebut, diperlukan asuhan keperawatan yang
komprenhensif ditujukan untuk meningkatkan mencegah, mengatasi dan memulihkan
kesehatan dengan mempergunakan pendekatan proses keperawatan.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan,
silahkan sampaikan kepada kami. Apabila
ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami
adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, S. (1995). Gastroenterolog i. Edisi 4. Bandung : Alumni
Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan
Setiowulan, W. (1999). Kapita selekta kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta:
Media Aesculapius
NANDA. (2009). Diagnosa keperawatan NANDA : Defmisi dan
klasifikasi 2009/2010. Alih bahasa mahasiswa PSIK BFK UGM angkatan 2009.
Yogyakarta
No comments:
Post a Comment