BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Masuknya
suatu kebudayaan asing ke dalam lingkup suatu masyarakat dapat menimbulkantiga
kemungkinan: kedua kebudayaan itu akan berakulturasi, berjauhan, atau salah
satu hancur. Akulturasi kebudayaan adalah pencampuran dua kebudayaan atau
lebih yang melakukan kebudayaan baru. Dalam perkembangan kehidupan masyarakat
Nusantara ketika terjalin hubungan dagang antara India, Cina, dan Indonesia,
terjadilah akulturasi budaya.
Akulturasi
budaya Hindu-Buddha India dengan budaya asli Nusantara secara damai melahirkan
budaya baru yang disebut budaya Hindu-Buddha Nusantara. Menghadapi proses
akulturasi tersebut, menurut para ahli, bangsa Indonesia bersikap pasif maupun
aktif. Pada awalnya bersikap pasif menerima ajaran-ajaran baru, di
kemudian hari aktif mencari ilmu hingga mengirim pelajarnya ke luar negeri dan
mengundang brahmana dari luar negeri untuk memberi pelajaran.
Proses
akulturasi selama berabad-abad menimbulkan sinkretisme antara kedua agama
tersebut dan unsur budaya asli hingga lahirlah agama baru yang dikenal sebagai
Syiwa Buddha. Sinkretisme adalah paham atau aliran baru yang merupakan
perpaduan dari beberapa paham untuk mencari keserasian dan keseimbangan. Aliran
ini berkembang pesat pada abad ke-13 M. Penganutnya, antara lain, Raja
Kertanegara dan Adityawarman.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. SENI SASTRA DAN AKSARA
Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh dalam bidang aksara atau
tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab sebagai abjad yang digunakan untuk menulis
bahasa Arab mulai digunakan di Indonesia. Bahkan huruf Arab digunakan di bidang
seni ukir. Berkaitan dengan itu berkembang seni kaligrafi. Di samping pengaruh
sastra Islam dan Persia, perkembangan sastra di zaman madya tidak terlepas dari
pengaruh unsur sastra sebelumnya. Dengan demikian terjadilah akulturasi antara
sastra Islam dengan sastra yang berkembang di zaman praIslam. Seni sastra di
zaman Islam terutama berkembang di Melayu dan Jawa.
Pengaruh india akan membwa perkembanga seni sastra di Indonesia. Seni satra
waktu itu ada berbentuk prosa dan ada yang berbentuk
tembang(puisi).bedasarkan isinya kesustraan dapat dikelompokan menjadi tiga
yaitu tutur(pitutur kitab keagamaan),kitab huku,dan wiracarita(kepahlawanan).
Bentuk wiracarita ternyta sangat terkenal di Indonesia ,terutama kitab
Ramayana dan mahabarata.kemudian timbul wiracarita hasil gubahan dari para
pujangga Indonesia .misalnya baratayuda yang digudah oleh mpuh sedah dan mpu panulu.juga
munculnya cerita-cerita carangan.
Berkembangnya karya sastra yang bersumber dari mutabarata dan
Ramayana,melahirkan seni budaya wayang kulit(wayang purwa).pertunjukan wayang
kulit di indoensia khususnya dijawa sudah begitu mendarah daging.isi dan cerita
pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif
pertunjukan wayang berasal dari india tetapi wayang nya asli dari Indonesia
.seni pahat ragam luasanya pada wayang disesuaikan dengan seni diindonesia.
Disamping bentuk hias dan ragam wayang,muncul pula tokoh-tokoh pewayangan
khas diindonesia .misalnya seperti tokoh penakawan seperti semar,gareng,dan
petruk .perkembangan seni sastra sangalah berkembang cepat didukung
dengan penggunaan huruf pallawa,misalnya dalam karya-karya satra jawa kuno
.pada prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat unsure india dan unsure budaya
indoensia.misalnya ada prastati dengan huruf nagari(india)dan huruf bali
kuno(diindonesia)
Dilihat dan
corak dan isinya, ada beberapa jenis seni sastra seperti berikut.
·
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah
ataupun dongeng. Dalam hikayat banyak ditulis berbagai peristiwa yang menarik,
keajaiban, atau hal-hal yang tidak masuk akal. Hikayat ditulis dalam bentuk
gancaran (karangan bebas atau prosa). Hikayat-hikayat yang terkenal, misalnya Hikayat
Iskandar Zulkarnain, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat si
Miskin, Hikayat 1001 Malam, Hikayat Bayan Budiman, dan Hikayat Amir Hamzah.

·
Babad mirip dengan hikayat. Penulisan babad seperti
tulisan sejarah, tetapi isinya tidak selalu berdasarkan fakta.Jadi, isinya
carapuran antara fakta sejarah, mitos, dan kepercayaan.Di tanah Melayu terkenal
dengan sebutan tambo atau salasilah. Contoh babad adalah Babad Tanah Jawi,
Babad Cirebon, Babad Mataram, dan Babad Surakarta.

·
Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan
karya sastra berupa sajak-sajak yang terdiri atas empat baris setiap baitnya.
Contoh syair sangat tua adalah syair yang tertulis pada batu nisan makam putri
Pasai di Minye Tujoh.

·
Suluk merupakan karya sastra yang berupa kitab-kitab
dan isinya menjelaskan soal-soal tasawufnya. Contoh suluk yaitu Suluk Sukarsa,
Suluk Wujil, dan Suluk Malang Sumirang.

Wiracarita
atau kisah kepahlawanan India yang memasyarakat di Indonesia dan memengaruhi
kehidupan serta perkembangan sosial budaya adalah cerita Mahabharata dan
Ramayana. Kitab Mahabharata terdiri atas delapan belas jilid (parwa). Setiap
jilid terbagi lagi menjadi beberapa bagian (juga disebut parwa) yang digubah
dalam bentuk syair. Cerita pokoknya meliputi 24.000 seloka.
Sebagian
besar isi kitab ini menceritakan peperangan sengit selama delapan hari antara
Pandawa dan Kurawa. Kata Mahabharatayudha sendiri berarti peperangan besar
antarkeluarga Bharata. Menurut cerita, kitab ini dihimpun oleh Wiyasa
Dwipayana. Akan tetapi, para ahli sejarah beranggapan bahwa lebih masuk akal
jika kitab itu merupakan kumpulan berbagai cerita brahmana antara tahun 400 SM
sampai 400 M.
Kitab
Ramayana dikarang oleh Walmiki. Kitab ini terdiri atas tujuh jilid (kanda) dan
digubah dalam bentuk syair sebanyak 24.000 seloka. Kitab ini berisi perjuangan
Rama dalam merebut kembali istrinya, Dewi Sinta (Sita), yang diculik oleh
Rahwana. Dalam perjuangannya, Rama yang selalu ditemani Laksmana (adiknya) itu
mendapat bantuan dari pasukan kera yang dipimpin oleh Sugriwa. Selain
itu, Rama juga dibantu oleh Gunawan Wibhisana, adik Rahwana yang diusir oleh
kakaknya karena bermaksud membela kebenaran (Rama). Perjuangan tersebut
menimbulkan peperangan besar dan banyak korban berjatuhan. Di akhir cerita,
Rahwana beserta anak buahnya gugur dan Dewi Sinta kembali kepada Rama.
Akulturasi
di bidang sastra dapat dilihat pada adanya modifikasi cerita-cerita asli India
dengan unsur tokoh-tokoh Indonesia serta peristiwa-peristiwa yang seolah-olah
terjadi di Indonesia. Contohnya adalah penambahan tokoh punakawan (Semar,
Bagong, Gareng, Petruk) dalam kisah Mahabharata. Bahkan, dalam
literatur-literatur keagamaan Hindu-Buddha di Indonesia sulit kita temukan
cerita asli seperti yang ada di negeri asalnya. Pengaruh kebudayaan India yang
dipertahankan dalam kesusastraan adalah gagasan, konsep, dan
pandangan-pandangannya.
B. Perkembangan
Aksara dan Seni Sastra (Kesusastraan)
Masuknya
agama dan budaya Islam di Indonesia sangat berpengaruh terhadap perkembangan
seni aksara dan seni sastra di Nusantara. Aksara dan seni sastra Islam pada
awal perkembangannya banyak dijumpai di wilayah sekitar selat Malaka dan Pulau
Jawa, walaupun jumlah karya sastra dan bentuknya sangat terbatas.
1.
Aksara Masa Awal Islam
Tradisi
tulis di Indonesia diawali dengan penemuan prasasti Kutai yang berhuruf
Pallawa, India. Pada perkembangan berikutnya muncul aksara setempat yang
berakar dari huruf Pallawa, yaitu aksara Jawa dan Bali. Pada awal perkembangan
Islam di Indonesia aksara Arab digunakan dengan huruf Jawi (Melayu).
Aksara-aksara tersebut makin menambah keanekaragman Tradisi tulis di Nusantara.
2.
Seni Sastra Masa Awal Islam
Masuknya
Islam dan penggunaan huruf Arab mampu mengembangkan seni sastra Islam di
Indonesia. dilihat dari bentuknya, sastra Islam di Jawa berbentuk tembang
(syair), sedangkan di Sumatra, selain bentuk syair juga ditemukan yang
berbentuk gancaran (prosa). Syair Islam tertua di Indonesia terpahat di sebuah
nisan makam seorang putri Raja Pasai di Minye Tujuh terdiri atas 2 bait, dan
masing-masing bait berisi 4 baris.
Karya-karya
sastra awal Islam antara lain Bustanul Salatin yang ditulis oleh Nuruddin ar
Raniri, seorang ulama besar Aceh masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani.
Hikayat Raja-Raja Pasai karangan Hamzah Fansuri, Pustakaraja, Jayabaya,
Paramayoga, karangan R.Ng. Ronggowarsito. Sastra Gending, karangan Sultan
Agung, dan masih banyak lagi karya sastra Islam lainnya yang tidak diketahui
pengarangnya (anonim).
Selain
bentuk karya sastra tersebut di atas, terdapat suluk, yaitu kitab yang bersifat
magis dan berisi ramalan-ramalan, seperti misalnya Suluk Sukarsa (berisi
pengalaman Ki Sukarsa mencari ilmu), Suluk Wijil (berisi wejangan-wejangan
Sunan Bonang kepada Wijil), Syair Perahu, Syair Si Burung Pingai, dan
sebagainya. Juga terdapat tarekat, yaitu jalan atau cara yang ditempuh kaum
sufi untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Hal ini berkaitan dengan munculnya
ajaran tasawuf di Indonesia. Contoh tarekat, antara lain Qadariyah,
Naqsyabandiyah, Syaftariah, dan Rifa’iyah.
Pada saat
budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat masih menganut kepercayaan
asli, yaitu animisme dan dinamisme. Akibat adanya proses akulturasi, agama
Hindu dan Buddha lalu diterima penduduk asli. Dibandingkan agama Hindu, agama
Buddha lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan sehingga dapat berkembang
pesat dan menyebar ke berbagai wilayah.
Sebabnya
adalah agama Buddha tidak mengenal kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan
menganggap semua manusia itu sama derajatnya di hadapan Tuhan (tidak
diskriminatif). Menurut agama Buddha, setiap manusia dapat mencapai nirwana
asalkan baik budi pekertinya dan berjasa terhadap masyarakat.


Kepercayaan
nenek moyang kita adalah animisme dan dinamisme. Keadaan alam Nusantara
memaksa mereka harus pandai berlayar sebab Nusantara terdiri atas kawasan
kepulauan serta adanya tuntutan kebutuhan untuk saling mencukupi. Akhirnya,
muncul perdagangan antarpulau dan berkembang menjadi perdagangan antarnegara.
Pelayaran lintas laut telah membawa bangsa Indonesia mampu mengarungi lautan
internasional sehingga terciptalah hubungan dagang yang maju, yang melibatkan
kawasan Nusantara. Kita ketahui bahwa kemajuan pelayaran perdagangan antara
Cina – India yang melewati kawasan Nusantara menyebabkan terjalinnya
perdagangan di Nusantara juga, namun pengaruh India di Nusantara jauh lebih
besar. Pengaruh India yang masuk ke Nusantara membawa perkembangan bagi
kemajuan hidup masyarakat di Nusantara pada saat itu dan berkembang sampai
sekarang, misalnya, dalam bidang pemerintahan, budaya, sosial, dan kepercayaan.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh dalam bidang aksara atau
tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab sebagai abjad yang digunakan untuk menulis
bahasa Arab mulai digunakan di Indonesia. Bahkan huruf Arab digunakan di bidang
seni ukir. Berkaitan dengan itu berkembang seni kaligrafi. Di samping pengaruh
sastra Islam dan Persia, perkembangan sastra di zaman madya tidak terlepas dari
pengaruh unsur sastra sebelumnya. Dengan demikian terjadilah akulturasi antara
sastra Islam dengan sastra yang berkembang di zaman praIslam. Seni sastra di
zaman Islam terutama berkembang di Melayu dan Jawa.
Pengaruh india akan membwa perkembangan seni sastra di Indonesia. Seni
satra waktu itu ada berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang (puisi).bedasarkan
isinya kesustraan dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu tutur(pitutur kitab
keagamaan),kitab huku,dan wiracarita(kepahlawanan).
Bentuk wiracarita ternyta sangat terkenal di Indonesia ,terutama kitab
Ramayana dan mahabarata.kemudian timbul wiracarita hasil gubahan dari para
pujangga Indonesia .misalnya baratayuda yang digudah oleh mpuh sedah dan mpu
panulu.juga munculnya cerita-cerita carangan.
DAFTAR PUSTAKA
Badrika,I
Wayan.2006.sejarah untuk SMA kelas X,
Jakarta :Erlangga
Sh. Musthofa, Suryandari, Tutik
Mulyati. 2009. Sejarah 2 : Untuk SMA/ MA Kelas XI Program Bahasa. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
http://www.gurusejarah.com/2015/01/akulturasi-islam-aksara-seni-sastra.html
No comments:
Post a Comment