BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seperti yang kita tahu, batuan
sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita. Beberapa jenis batuan juga
dimanfaatkan untuk bahan bangunan, bahan bakar, dan lain-lain. Namun tak banyak
orang yang antusias untuk mengetahui tentang struktur-struktur batuan yang ada
di permukaan bumi ini.
Di Bumi, hujan adalah proses
kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh
dan biasanya tiba di daratan.
Aliran
udara yang berlangsung dari tempat yang bertekanan udara tinggi (maksimum) ke
tempat yang bertekanan udara rendah (minimum). Aliran udara ini disebut angin. Angin pasti tidak datang
begitu saja, pasti ada proses terjadinya atau munculnya angin. dimana angin
sangat bermanfaat bagi kehidupan dibumi terlihat dari sifat-sifat angin.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Batu
adalah
benda padat yang tebuat secara alami dari mineral
dan atau mineraloid. Lapisan luar padat Bumi, litosfer,
terbuat dari batu. Dalam batuan umumnya adalah tiga jenis, yaitu batuan beku,
sedimen, dan metamorf. Penelitian ilmiah batuan disebut petrologi, dan petrologi
merupakan komponen penting dari geologi.
Dalam
bangunan batu biasanya dipakai pada pondasi bangunan untuk bangunan dengan
ketinggian kurang dari 10 meter, Batu juga dipakai untuk memperindah fasade bangunan
dengan memberikan warna dan tekstur unik dari batu alam.
Batuan
Beku
Batuan beku
atau batuan igneus (dari Bahasa Latin:
ignis, “api”) adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal
dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu
dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku
telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan
kerak bumi.
Dalam
mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik
batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku.
a. Jenis Batuan pada Lapisan Litosfer
Berdasarkan
jenis batuannya, litosfer tersusun atas:
-
Batuan
Beku
Adalah
batuan yang terbentuk dari pembekuan magma. Terdiri atas:
·
Batuan
beku dalam: terjadi secara perlahan saat magma masih di dalam bumi. Contoh:
Granit, Gabro & Diorit.
·
Batuan
beku gang: pembekuannya terjadi di lorong antara dapur magma dan permukaan
bumi. Contoh: Aplidiorit, Odinit, Granit Porfir.
·
Batuan
beku luar: membeku setelah berada di permukaan bumi. Contoh: Basalt, Diorit,
Andesit, Obsidian, Batu apung.
b. Batuan Endapan (Sedimen)
Terbentuk
dari pengendapan material hasil erosi. Yaitu;
-
Klastik:
susunan kimianya sama dengan batuan asal. Contoh: kerikil, pasir & lumpur.
-
Kimiawi:
terjadi akibat proses kimiawi (pelarutan, penguapan, oksidasi). Contoh: batu
gamping.
-
Organik:
pengendapannya membutuhkan bantuan organisme. Contoh: batu karang.
c. Batuan Maliha (Metamorf)
Batuan
yang telah mengalami perubahan bentuk dan sifat akibat suhu dan tekanan tinggi
dari dalam bumi.
·
Kontak:
terbentuk karena perubahan suhu. Contoh: Marmer dan Kapur.
·
Dinamo:
terbentuk karena perubahan tekanan. Contoh: batu sabak.
·
Regional;
terbentuk karena tekanan tinggi dan suhu. Contoh: batu gneis.
1. Batuan Beku Menurut Komposisi
- Batuan Beku Asam/ Felsik
Batuan beku asam mengandung silika (SiO2)
lebih dari 66%.contoh batuan ini dalah Granit dan Ryolit. Batuan yang
tergolong kelompok ini mempunyai warna terang (cerah) karena (SiO2)
yang kaya akan menghasilkan batuan dengan kandungan kuarsa, dan alkali feldspar
dengan atau tanpa muskovit.
- Batuan Beku Menengah/ Intermediet
Apabila
batauan tersebut mengandung 52 – 66% silika maka termasuk dalam kelas ini.
Batuan ini akan berwarnagelap karena tingginya kandungan mineral feromagnesia.
Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit.
- Batuan Beku Basa/ Basic
Yang termasuk kelompok batuan beku ini adalah bataun yang
mengandung 45 – 52% silika. Batuan ini akan memiliki warna hitam kehijauan
karena terdapat kandungan mineral olivine. Contoh batuan ini adalah Gabbro dan
Basalt.
- Batuan Beku Ultrabasa/ Ultrabasic
Golongan batuan beku ini adalah apabila bataun beku
mengnadung 45% SiO2 . Warna batuan ini adalah hijau kelam karena
tidak terdapat silika bebas sebagai kuarsa. Contoh batuan ini adalah Peridotit
dan Dunit
2. Batuan Sedimen Berdasarkan Tekstur
- Batuan klastik :
Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus
atau pecahan batuan asal. Fragmentasi
batuan asal tersebut dimulai
dari pelapukan mekanis maupun
secara kimiawi, kemudian
tererosi dan tertransportasi (baik oleh angin dan air) menuju suatu cekungan
pengendapan. Setelah pengendapan terjadi, sedimen mengalami pembatuan.
Pembatuan atau lithifikasi merupakan proses terubahnya materi pembentuk batuan
yang lepas (unconsolidated rock forming mineral) menjadi batuan sedimen.
- Batuan non klastik :
Batuan Sedimen Non Klastik ini merupakan batuan sedimen yang
terbentuk oleh organisme atau dari suatu proses kimiawi. Dalam pengertian lain,
Batuan Sedimen Non Klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari kegiatan
atau aktifitas organik dan kimiawi. Dan dia tidak tertransportasi seperti
halnya Batuan Sedimen Klastik.
Bicara
tentang Batuan ini kita harus tahu strukturnya bagaimana sehingga dapat
membedakannya dengan batuan sedimen klastik.
Terdapat bermacam-macam Struktur Batuan Sedimen Non Klastik
Contoh Batuan Sedimen Non Klastik adalah Batu Gamping Terumbu
Proses pembentukan Batu Gamping Terumbu berasal dari penggumpalan plankto n, moluska, algae, yang kemudian membentuk terumbu. Jadi, Batu Gamping Terumbu berasal dari organisme.
Terdapat bermacam-macam Struktur Batuan Sedimen Non Klastik
Contoh Batuan Sedimen Non Klastik adalah Batu Gamping Terumbu
Proses pembentukan Batu Gamping Terumbu berasal dari penggumpalan plankto n, moluska, algae, yang kemudian membentuk terumbu. Jadi, Batu Gamping Terumbu berasal dari organisme.
- Batuan Metamorf/ Malihan:
Batuan
metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya
yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan
struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya
perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi.
Jadi
batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses
metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat
perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau
variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia,
dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami
metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C,
tanpa melalui fase cair.
3. Batuan Berdasarkan Komposisi
Tekstur:
- Fanerik/fanerokristalin:
Besar
kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara
megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan
menjadi:
a. Halus (fine), apabila ukuran
diameter butir kurang dari 1 mm.
b. Sedang (medium), apabila ukuran
diameter butir antara 1 – 5 mm.
c. Kasar (coarse), apabila ukuran
diameter butir antara 5 – 30 mm.
d. Sangat kasar (very coarse), apabila
ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
- Afanitik:
Besar
kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa
sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat
dibedakan:
a. Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada
batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar
0,1 – 0,01 mm.
b. Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam
batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop.
Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
B.
Hujan
adalah sebuah presipitasi berwujud
cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu es dan slit.
Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di
atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di Bumi, hujan adalah
proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk
jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan
dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara
atau penambahan uap air ke udara.
Kelembapan yang bergerak di
sepanjang zona perbedaan suhu dan kelembapan tiga dimensi yang disebut front
cuaca adalah metode utama dalam pembuatan hujan. Jika pada saat itu ada
kelembapan dan gerakan ke atas yang cukup, hujan akan jatuh dari awan konvektif
(awan dengan gerakan kuat ke atas) seperti kumulonimbus (badai petir) yang
dapat terkumpul menjadi ikatan hujan sempit. Di kawasan pegunungan, hujan deras
bisa terjadi jika aliran atas lembah meningkat di sisi atas angin permukaan
pada ketinggian yang memaksa udara lembap mengembun dan jatuh sebagai hujan di
sepanjang sisi pegunungan. Di sisi bawah angin pegunungan, iklim gurun dapat
terjadi karena udara kering yang diakibatkan aliran bawah lembah yang
mengakibatkan pemanasan dan pengeringan massa udara. Pergerakan truf monsun,
atau zona konvergensi intertropis, membawa musim hujan ke iklim sabana.
Hujan adalah sumber utama air tawar
di sebagian besar daerah di dunia, menyediakan kondisi cocok untuk keragaman
ekosistem, juga air untuk pembangkit listrik hidroelektrik dan irigasi ladang.
Curah hujan dihitung menggunakan pengukur hujan. Jumlah curah hujan dihitung
secara aktif oleh radar cuaca dan secara pasif oleh satelit cuaca.Dampak pulau
panas perkotaan mendorong peningkatan curah hujan dalam jumlah dan
intensitasnya di bawah angin perkotaan. Pemanasan global juga mengakibatkan
perubahan pola hujan di seluruh dunia, termasuk suasana hujan di timur Amerika
Utara dan suasana kering di wilayah tropis. Hujan adalah komponen utama dalam
siklus air dan penyedia utama air tawar di planet ini. Curah hujan rata-rata
tahunan global adalah 990 millimetre (39 in).
Hujan terjadi jika titik air di awan
dalam jumlah yang besar bergabung menjadi titik-titik air yang lebih besar
sampai berdiameter 7 mm, dan jika diameter lebih dari 7 mm maka keadaan tidak
stabil dan pecah menjadi titik-titik air yang lebih kecil dan menjadi hujan.
Alat pengukur curah hujan berupa
gelas ukur, atau alat pencatat otomatik dengan kertas pencatat yang bisa
diganti tiap hari atau minggu.
Macam
– macam hujan sebagai berikut:
1. Hujan
Musim
Hujan
yang terjadi di daerah iklim musim, yaitu dipengaruhi oleh angin muson barat
yang bersifat basah dan mendatangkan musim hujan, hujan ini sekali dalam
setahun yaitu antara bulan Oktober sampai April.
2. Hujan
Zenithal
Terjadi
di daerah tropis, disebut hujan naik ekuatorial, terjadi pada waktu matahari
pada titik zenitnya.
3. Hujan
Frontal
Terjadi
karena massa udara panas yang lembab bersentuhan dengan massa udara dingin,
udara panas yang lebih ringan berada di atas udara dingin, udara panas
terangkat menjadi dingin dan mengembanag selanjutnya terbentuk awan dan turun
hujan. Terjadi di daerah zone lintang sedang.
4. Hujan Orografis (pegunungan)
Terjadi
di daerah pegunungan, udara yang mengandung uap air bergerak naik ke atas
pegunungan sehingga terjadi penurunan suhu dan terkondensasi dan akhirnya
turun hujan di lereng gunung yang berhadapan dengan datangnya angin.
C. Angin
adalah
udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara
yang rendah ke suhu udara yang tinggi.
1. Proses Terjadinya Angin
Angin
terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada
suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas
matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang
menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih
panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga akan terjadi
perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah yang menerima energi panas lebih
besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, akibatnya
akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.
Contoh – contoh alat pengukur
angin:
Meskipun
pada kenyataan angin tidak dapat dilihat bagaimana wujudnya, namun masih dapat
diketahui keberadaannya melalui efek yang ditimbulkan pada benda – benda yang
mendapat hembusan angin. Seperti ketika kita melihat dahan – dahan pohon
bergerak atau bendera yang berkibar kita tahu bahwa ada angin yang berhembus.
Dari mana angin bertiup dan berapa kecepatannya dapat diketahui dengan menggunakan
alat – alat pengukur angin. Alat–alat pengukur angin tersebut adalah :
1.
Anemometer,
yaitu alat yang mengukur kecepatan angin.
2.
Wind vane,
yaitu alat untuk mengetahui arah angin.
3.
Windsock,
yaitu alat untuk mengetahui arah angin dan memperkirakan besar kecepatan angin.
Biasanya ditemukan di bandara – bandara.
Selain
dengan menggunakan alat–alat pengukur angin, arah dan kecepatan angin juga
dapat diukur/diperkirakan dengan menggunakan tabel Skala Beaufort.
Contoh tabel Skala Beaufort:
Contoh tabel Skala Beaufort:
Skala Beaufort Kategori Satuan
dalam km/jam Satuan dalam knots Keadaan di daratan Keadaan di lautan 0 Udara
Tenang 0 0 Asap bergerak secara vertikal Permukaan laut seperti kaca
· 1~3
Angin lemah ≤ 19 ≤ 10 Angin terasa di wajah; daun-daun berdesir; kincir angin
bergerak oleh angin riuk kecil terbentuk namun tidak pecah; permukaan tetap
seperti kaca.
· 4
Angin sedang 20~29 11~16 mengangkat debu dan menerbangkan kertas; cabang pohon
kecil bergerak Ombak kecil mulai memanjang; garis-garis buih sering terbentuk.
· 5
Angin segar 30~39 17~21 pohon kecil berayun; gelombang kecil terbentuk di
perairan di darat Ombak ukuran sedang; buih berarak-arak.
· 6
Angin kuat 40~ 50 22~ 27 cabang besar bergerak; siulan terdengar pada kabel
telepon; payung sulit digunakan Ombak besar mulai terbentuk, buih tipis melebar
dari puncaknya, kadang-kadang timbul percikan.
· 7
Angin ribut 51~ 62 28 ~33 pohon-pohon bergerak; terasa sulit berjalan melawan
arah angin Laut mulai bergolak, buih putih mulai terbawa angin dan membentuk
alur-alur sesuai arah angin.
· 8
Angin ribut sedang 63~ 75 34~ 40 ranting-ranting patah; semakin sulit bergerak
maju Gelombang agak tinggi dan lebih panjang; puncak gelombang yang pecah mulai
bergulung; buih yang terbesar anginnya semakin jelas alur-alurnya.
· 9
Angin ribut kuat 76~ 87 41~ 47 kerusakan bangunan mulai muncul; atap rumah
lepas; cabang yang lebih besar patah Gelombang tinggi terbentuk buih tebal
berlajur-lajur; puncak gelombang roboh bergulung-gulung; percik-percik air
mulai mengganggu penglihatan.
Secara
umum angin dapat dibagi menjadi angin lokal dan angin musim.
Angin lokal terdapat 3 macam yaitu :
Angin lokal terdapat 3 macam yaitu :
a. Angin darat dan angin laut.
Angin darat dan
angin laut terjadi akibat adanya perbedaan sifat antara daratan dan lautan
dalam menyerap dan melepaskan energi panas matahari. Daratan menyerap dan
melepas energi panas lebih cepat daripada lautan.
Angin darat terjadi ketika pada malam hari energi panas yang diserap
permukaan bumi sepanjang hari akan dilepaskan lebih cepat oleh daratan (udara
dingin).
Sementara itu di lautan energi panas sedang dalam proses dilepaskan ke udara.
Gerakan konvektif tersebut menyebabkan udara dingin dari daratan bergerak
menggantikan udara yang naik di lautan sehingga terjadi aliran udara dari darat
ke laut. Angin darat terjadi pada tengah malam dan dini hari.
Sedangkan angin laut terjadi ketika pada pagi hingga menjelang sore hari,
daratan menyerap energi panas lebih cepat dari lautan sehingga suhu udara di
darat lebih panas daripada di laut. Akibatnya udara panas
di daratan akan naik dan digantikan udara dingin dari lautan. Maka terjadilah
aliran udara dari laut ke darat. Angin laut terjadi pada sore dan malam hari.
Contoh: angin darat dan angin laut
:
b.
Angin gunung
dan angin lembah
Angin lembah terjadi ketika matahari terbit, puncak gunung adalah daerah
yang pertama kali mendapat panas dan sepanjang hari selama proses tersebut,
lereng gunung mendapat energi panas lebih banyak daripada lembah.
Sehingga menyebabkan perbedaan suhu antara keduanya. Udara panas dari lereng
gunung naik dan digantikan dengan udara dingin dari lembah. Akibatnya terjadi
aliran udara dari lembah menuju gunung.
Sedangkan pada
sore hari lembah akan melepaskan energi panas dan puncak gunung yang telah
mendingin akan mengalirkan udara ke lembah. Aliran udara tersebut dinamakan
angin gunung.
c.
Angin Puting
Beliung
adalah angin
yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis
lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit. Orang awam menyebut angin puting
beliung adalah angin Leysus, di daerah Sumatera
disebut Angin Bohorok dan masih ada sebutan lainnya. Angin jenis lain
dengan ukuran lebih besar yang ada di Amerika yaitu Tornado mempunyai
kecepatan sampai 320 km/jam dan berdiameter 500 meter. Angin puting beliung
sering terjadi pada siang
hari atau sore
hari pada musim pacaroba. Angin ini dapat menghancurkan apa saja yang
diterjangnya, karena dengan pusarannya benda yang terlewati terangkat dan
terlempar.
d.
Angin
Ribut/Puyuh
Biasa juga
dikenal dengan puting beliung, yaitu angin kencang yang datang secara tiba –
tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar seperti spiral hingga menyentuh
permukaan bumi dan punah dalam waktu singkat (3 – 5 menit). Kecepatan angin
rata – ratanya berkisar antara 30 – 40 knots. Angin ini berasal dari awan
Cumulonimbus (Cb) yaitu awan yang bergumpal berwarna abu – abu gelap dan
menjulang tinggi. Namun, tidak semua awan Cumulonimbus menimbulkan puting
beliung. Puting beliung dapat terjadi dimana saja, di darat maupun di laut dan
jika terjadi di laut durasinya lebih lama daripada di darat. Angin ini umumnya
terjadi pada siang atau sore hari, terkadang pada malam hari dan lebih sering
terjadi pada peralihan musim (pancaroba). Luas daerah yang terkena dampaknya
sekitar 5–10 km, karena itu bersifat sangat lokal.
Angin
Periodik (angin musim) adalah :
Jenis angin yang berhembus secara
periodik.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
bangunan batu biasanya dipakai pada pondasi bangunan untuk bangunan dengan
ketinggian kurang dari 10 meter,
Batu juga dipakai untuk memperindah fasade bangunan dengan memberikan warna dan
tekstur unik dari batu alam.
hujan adalah proses kondensasi uap
air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya
tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong
udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan
uap air ke udara.
Aliran
udara yang berlangsung dari tempat yang bertekanan udara tinggi (maksimum) ke
tempat yang bertekanan udara rendah (minimum). Aliran udara ini disebut angin. Angin pasti tidak datang
begitu saja, pasti ada proses terjadinya atau munculnya angin. dimana angin
sangat bermanfaat bagi kehidupan dibumi terlihat dari sifat-sifat angin.
B. Saran
Demikian
makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran
dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila
ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami
adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment