BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada umumnya orang-orang telah mengetahui cara
pemisahan campuran dari zat-zat yang dapat mempengaruhi kestabilan atau
kejernihan larutan tersebut. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari, masih ada
yang menggunakan proses penyaringan air sumur untuk mendapatkan hasil air yang
bersih dan jernih. Mereka melakukan penyaringan dengan proses yang sederhana,
hanya dengan meggunakan alat-alat yang terjangkau, sehingga air yang dihasilkan
dapat dimanfaatkan dalam berbagai keperluan.
Selain itu, pada pembuatan garam dapur yang sederhana
yang hanya menggunakan air laut, dan kemudian dipanaskan dibawah panas
matahari, akan menghasilkan kristal garam yang dapat dimanfaatkan dalam
kebutuhan sehari-hari.
Dalam ilmu pengetahuan dapat kita pelajari bahwa,
dalam pemisahan campuran, dapat dilakukan dengan beberapa cara. Baik dengan
menggunakan alat-alat yang modern ataupun hanya menggunakan alat-alat yang
sederhana saja. Dalam hal ini, kita dapat juga memisahkan antara zat padat
dengan zat padat, antara zat cair dengan zat cair pula. Akan tetapi dalam
proses pemisahannya, memiliki perbedaan dalam jenis alat, bahan yang digunakan,
ataupun cara kerjanya. Hasil yang diperoleh pun sangat berbeda.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa itu metode pemisahan dan analisis?
2.
Apakah analisa kualitatif?
3.
Bagaimana indetifkasi kation, anoin dan gugus fungsional?
4.
Apa itu gravimetri dan volumetri?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. METODE PEMISAHAN DAN ANALISIS
Metode
pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan
suatu senyawa atau skelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang
berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala
industri. Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa
zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk
mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis laboratorium).
Berdasarkan
tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu metode pemisahan sederhana dan metode pemisahan kompleks.
1. Metode Pemisahan Sederhana
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang
menggunakan cara satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau
larutan yang relatif sederhana.
2. Metode
Pemisahan Kompleks
Metode pemisahan kompleks memerlukan
beberapa tahapan kerja, diantaranya penambahan bahan tertentu,pengaturan proses
mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya
menggabungkan dua atau lebih metode sederhana. Contohnya, pengolahan bijih dari
pertambangan memerlukan proses pemisahan kompleks.
Keadaan
zat yang diinginkan dan dalam keadaan campuran harus diperhatiakn untuk
menghindari kesalahan pemilihan metode pemisahan yang akan menimbulkan
kerusakan hasil atau melainkan tidak berhasil. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan antara lain : Keadaan zat yang diinginkan terhadap campuran,
apakah zat ada di dalam sel makhluk hidup, apakah bahan terikat secara kimia,
dan sebagainya.
Kadar
zat yang diinginkan terhadap campurannya, apakah kadarnya kecil atau besar. Sifat
khusus dari zat yang diinginkan dan campurannya, misalnya zat tidak tahan
panas, mudah menguap, kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik didih, dan
sebagainya. Standar kemurnian yang diinginkan. Kemurnian 100% memerlukan tahap
yang berbeda dengan 96%. zat pencemar dan campurannya yang mengotori beserta sifatnya.
Nilai guna zat yang diinginkan, harga, dan biaya proses pemisahan.
Suatu
zat dapat dipisahkan dari campurannya karena mempunyai perbedaan sifat. Hal ini
dinamakan dasr pemisahan. Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain sebagai
berikut :
1. Ukuran
partikel
Bila
ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak diinginkan
(zat pencmpur) dapat dipisahkan dengan metode filtrasi (penyaringan). jika partikel
zat hasil lebih kecil daripada zat pencampurnya, maka dapat dipilih penyring
atau media berpori yang sesuai dengan ukuran partikel zat yang diinginkan.
Partikel zat hasil akan melewati penyaring dan zat pencampurnya akan terhalang.
2. Titik
didih
Bila
antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih yang jauh berbeda dapat
dipishkan dengan metode destilasi. Apabila titik didih zat hasil lebih rendah
daripada zat pencampur, maka bahan dipanaskan antara suhu didih zat hasil dan
di bawah suhu didih zat pencampur. Zat hasil akan lebih cepat menguap,
sedangkan zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan sedikit menguap ketika
titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan dasar perbedaan titik didih
ini bila dilakukan dengan kontrol suhu yang ketat akan dapat memisahkan suatu
zat dari campuranya dengan baik, karena suhu selalu dikontrol untuk tidak
melewati titik didih campuran.
3. Kelarutan
Suatu
zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat
selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat mungkin
larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya.
Secara umum pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar, misalnya air, dan
pelarut nonpolar (disebut juga pelarut organik) seperti alkohol, aseton,
methanol, petrolium eter, kloroform, dan eter.
Dengan
melihat kelarutan suatu zat yang berbeda dengan zat-zat lain dalam campurannya,
maka kita dapat memisahkan zat yang diinginkan tersebut dengan menggunakan
pelarut tertentu.
4. Pengendapan
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yng lebih besar daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentsi tau sentrifugsi. Namun jika dalm campuran mengandung lebih dari satu zat yang akan kita inginkan, maka digunakan metode presipitasi. Metode presipitasi biasanya dikombinasi dengan metode filtrasi.
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yng lebih besar daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentsi tau sentrifugsi. Namun jika dalm campuran mengandung lebih dari satu zat yang akan kita inginkan, maka digunakan metode presipitasi. Metode presipitasi biasanya dikombinasi dengan metode filtrasi.
5. Difusi
Dua macm zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi (bergerak mengalir dan bercampur) satu sama lain. Gerak partikel dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke arah tertentu sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat dengan menggunakan bantuan arus listrik disebut elektrodialisis. Selain itu kita mengenal juga istilah elektroforesis, yaitu pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida (satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforesis menggunakan suatu media agar yang disebut gel agarosa.
Dua macm zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi (bergerak mengalir dan bercampur) satu sama lain. Gerak partikel dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke arah tertentu sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat dengan menggunakan bantuan arus listrik disebut elektrodialisis. Selain itu kita mengenal juga istilah elektroforesis, yaitu pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida (satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforesis menggunakan suatu media agar yang disebut gel agarosa.
6. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik atau organisme.
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik atau organisme.
B. ANALISA KUALITATIF
Analisis
berasal dari kata analis yang berarti meneliti atau mengidentifikasi. Analisis
kualitatif adalah mengidentifikasi suatu zat atau senyawa yang terdapat di
dalam sampel. Tujuan dari analisis kualitatif adalah pemastian suatu zat atau
senyawa apa saja yang terdapat di dalam sampel. Berdasarkan
metodenya analisis kualitatif dibagi menjadi dua bagian :
1. Analisis
Kualitatif Anion dan Kation.
Untuk analisis ini digunakan
pereaksi-pereaksi yang spesifik contohnya HCL pekat atau encer, HNO3 pekat
ataupun encer. Dan masih banyak yang lainnya.
2. Analisis
kualitatif Berdasarkan Karakter Fisik.
Yaitu penentuan sifat fisis dan keasaman.
Pada penentuan sifat fisis, untuk sampel padat yang diamati adalah warna,
bentuk, bau, kelarutan, pemanasan pada uji warna nyala. Sedangkan untuk sampel
cair yang diamatinya adalah warna, bau, kelarutan, serta keasaman. Untuk uji
keasaman dapat dilakukan dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan
menggunakan kertas lakmus.
Metode
Pemisahan Analisis Kualitatif terdapat beberapa cara yaitu:
1.
Filtrasi
Filtrasi adalah pemisahan suatu
campuran dengan menggunakan alat penyaringan.
2.
Kristalisasi
Kristalisasi adalah pemisahan
campuran zat padat dari larutan dengan cara menguapkan pelarutnya.
3.
Distilasi
Distilasi adalah pemisahan campuran
antara dua macam zat cair atau lebih berdasarkan perbedaan titik didihnya.
4.
Sublimasi
Sublimasi adalah perubahan wujud dari
zat padat menjadi gas dan sebaliknya.
5.
Kromatografi
Kromatografi adalah pemisahan
campuran didasarkan pada perbedaan kecepatan perembesan dari zat – zat
dalam campuran .
6.
Ekstraksi
Proses pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kelarutan dua cairan yang membentuk campuran tersebut.
C.
IDENTIFIKASI KATION
1.
Ion Perak (Ag+)
Ambil 1 ml larutan
AgNO3 0,1 M dalam sebuah tabung reaksi, lalu tambahkan 1 ml NaCl.
Endapan yang terbentuk disaring dengan cara didekantasi dan dicuci
dengan air yang mengandung HCl. Tambahkan 1 ml NH4OH 6 M lalu
dikocok endapan akan larut. Asamkan larutan ini dengan menambahkan HNO3
6 M. Terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya ion perak.
2.
Ion Timbal (Pb2+)
Ambillah 1 ml 0,1 M
Pb(NO3)2 dalam sebuah tabung reaksi, lalu tambahkan 1 ml
0,1 M NaCl. Biarkan endapan yang terbentuk turun lalu dekantasi, cucilah
endapan dengan 2 ml aquadest dan tambahkan 1 ml aquadest setelah endapan larut,
panaskan agar seluruh endapan larut dinginkan larutan tersebut dibawah aliran
air kran, apakah yang anda amati? Terbentuknya kristal-kristal jarum
yang berwarna putih menandakan adanya ion Pb2+.Panaskan lagi dan
larutan dibagi dua. Larutan pada tabung pertama, ditambahkan beberapa tetes
larutan KI , endapan kuning jingga PbI2 menandakan adanya Pb. Larutan
yang kedua ditambahkan 4 tetes K2CrO4 1 M, terbentuknya
endapan yang berwarna kuning dan dapat larut di dalam NaOH 6 M menyatakan
adanya Pb2+.
3.
Ion Seng (Zn2+)
Dalam sebuah tabung
reaksi ambil 1 ml Zn(NO3)2 0,1 M. Tambahkan 5 tetes
larutan NH4Cl 6 M dan 1 tetes NH4OH 6 M. Guna penambahan
NH4Cl dan NH4OH adalah sebagai buffer untuk mengatur pH larutan.
Pada larutan tersebut tambahkan 6 tetes Thioacetamida 1 M dan panaskan
hati-hati selama 1 sampai 2 menit. Thioaceamida akan bereaksi dengan air
(hidrolisis) membentuk H2S dan H2S bereaksi dengan Zn2+
membentuk endapan ZnS yang berupa gel berwarna putih, bila tidak ada
Thioacetamida, dapat diganti dengan H2S dalam Aceton.
4.
Ion Besi (Fe2+ dan Fe3+)
Dalam sebuah tabung
reaksi, ambil larutan 0,1 M FeSO4 sebanyak 1 ml, kemudian tambahkan
5 tetes larutan 0,1 M K3Fe(CN)6 (kalium heksa siano
ferrat III), terbentuknya endapan biru tua (biru Turnbull) menandakan
adanya ion Fe2+. Dalam sebuah tabung reaksi, ambil larutan 0,1 M
FeCl3 sebanyak 1 ml, kemudian tambahkan 5 tetes larutan 0,1 M K4Fe(CN)6
(kalium heksa siano ferrat II), terbentuknya endapan warna biru-terang (biru
Berlin) menandakan adanya ion Fe3+.
5.
Ion Tembaga (Cu2+)
Dalam dua buah
tabung reaksi, isilah masing-masing dengan larutan 0,1 M CuSO4
sebanyak 1 ml. Pada larutan CuSO4 ditabung pertama, tambahkan
beberapa tetes larutan NH4OH 6 M sampai larutan berwarna biru tua.
Terbentuknya senyawa kompleks Cu(NH3)4SO4 yang
berwarna biru tua menandakan adanya ion Cu2+. Pada larutan ditabung
kedua, tambahkan beberapa tetes larutan K4Fe(CN)6 0,1 M
sampai terbentuk endapan coklat tua. Terbentuknya senyawa kompleks Cu2[Fe(CN)6]
yang berwarna coklat menandakan adanya ion Cu2+. Lakukan test nyala
untuk larutan CuSO4 0,1 M dengan cara seperti pada percobaan test
nyala pada logam Na. Terbentuknya nyala yang berwarna hijau-biru
menandakan adanya logam Cu2+.
6.
Ion Barium (Ba2+)
Dengan meggunakan
sebuah tabung reaksi ambil 1 ml larutan Ba(NO3)2 0,1 M.
Atur pH larutan dengan cara menambahkan 5 tetes 6 M CH3COOH
dan 5 tetes 6 M CH3COONH4. Kemudian tambahkan 3 tetes 1 M K2CrO4,
bila larutan belum berwarna kuning, tambahkan lagi. kemudian aduklah maka akan
timbul endapan kuning dari BaCrO4. Dengan menggunakan kawat Ni-Cr,
lakukan test nyala untuk larutan Ba(NO3)2, terbentuknya
nyala yang berwarna warna hijau-kuning menandakan adanya Ba2+.
7.
Ion Kalsium (Ca2+)
Dengan menggunakan
sebuah tabung reaksi ambil 1 ml larutan Ca(NO3)2 0,1 M. Tambahkan
beberapa tetes larutan Na2C2O4 0,1 M.
Terbentuknya endapan putih dari CaC2O4 menunjukkaadanya
Ca2+. Lakukan juga test nyala terhadap 1 ml Ca(NO3)2
1 M yang sudah diasamkan dengan beberapa tetes 6 M HCl. Terbentuknya nyala yang
berwarna merah-bata menandakan adanya Ca2+.
8.
Ion Strosium (Sr2+)
Lakukan test nyala
untuk logam Sr2+ dengan cara yang sama seperti test nyala logam yang
lain. Ambil 1 ml larutan Sr(NO3)2 1 M asamkan dengan
sedikit HCl. Terbentuknya nyala yang berwarna Merah-ungu atau magenta
menandakan adanya logam Sr2+.
9.
Ion Natrium (Na+)
Lakukan test nyala
bagi Na+. Ambil 1 ml larutan 0,1 M NaNO3, asamkan
dengan beberapa tetes 6 M HCl. Penambahan HCl dimak- sudkan untuk
membantu pembentukan NaCl yang mudah menguap. Dengan menggunakan kawat Ni-Cr
yang telah berkali-kali dibersihkan dengan HCl 6 M dan dipijarkan, lakukan test
nyala bagi Na. Terbentuknya nyala yang berwarna kuning terang menandakan
adanya Na+.
10.
Ion Kalium (K+)
Tes nyala bagi K+
serupa dengan test nyala bagi Na. Ambil 1 ml 0,2 M KNO3, asamkan
dengan beberapa tetes HCl lalu laku- kan test nyala. Bila anda mempunyai suatu
sampel selain mengandung K+ juga mengandung Na+ maka
perlu digunakan kaca kobalt untuk menyaring nyala Na yang sangat terang. Terbentuknya
nyala yang berwarna ungu terang menandakan adanya K+.
11.
Ion Litium (Li+).
Lakukan test nyala
untuk logam Li+ dengan cara yang sama seperti test nyala logam yang
lain. Ambil 1 ml larutan LiNO3 1 M asamkan dengan sedikit HCl. Terbentuknya
nyala yang berwarna Merah-darah menandakan adanya logam Li+.
12.
Ion Magnesium (Mg2+)
Ambillah 1 ml
larutan MgCl2 kemudian tambahkan ½ ml larutan NH4OH 6 M
dan ½ ml larutan Na2HPO4 dan diamkan kira-kira 5 menit.
Jika ada endapan putih MgNH4PO4 menunjukkan adanya Mg.
13.
Ion Ammonium (NH4+)
Ambil 2 ml larutan
0,1 M NH4NO3, tambahkan beberapa tetes 6 M NaOH. Basahi
kertas saring merah dan letakkan pada mulut tabung reaksi. Kemudian panaskan
tabung reaksi dan goyangkan secara hati-hati, dan jangan sampai mendidih.
Kibaskan gas yang keluar dengan tangan kearah anda, cium baunya. Gas ammoniak
akan menyebabkan kertas lakmus menjadi biru.
14.
Ion Kadmium (Cd2+)
Ambilah 1 ml larutan
CdCl2 tambahkan beberapa tetes H2S dalam aseton, kocoklah
terbentuknya endapan kuning jingga menandakan adanya Cd. Mungkin CdS mengendap
sebagai koloid sehingga larutan akan terlihat berwarna kuning atau jingga.
15.
Ion Kobalt (Co2+)
Ambil 1 mL larutan
CoCl2 tambahkan beberapa butir NH4CNS dan kocoklah,
kemudian tambahkan beberapa tetes amil alkohol, bila terbentuk warna biru pada
lapisan organik menandakana adanya Co
16.
Ion Nikel (Ni2+)
Ambillah 1 mL
larutan NiSO4 dan letakkan diatas kaca arloji, kemudian tambahkan 2
tetes NH4OH pekat aduklah, kemudian tambahkan 5 tetes dimetil
glioksim. Jika terbentuk endapan merah dari Ni-dimetil glioksim menandakan
adanya Ni.
D.
IDENTIFIKASI ANION
1.
Anion Klorida (Cl–)
Ke dalam 1 ml
larutan NaCl 0,1 M tambahkan beberapa tetes 0,1 M AgNO3. Ion Cl–
bereaksi dengan ion Ag+ membentuk endapan putih AgCl. Untuk
meyakinkan endapan tersebut benar-benar AgCl, larutkan kembali endapan itu
dengan penambahan beberapa tetes 6 M NH4OH, kemudian asamkan dengan
6 M HNO3 maka endapan putih AgCl akan terbentuk lagi.
2.
Anion Yodida (I–)
Ambil 2 ml KI dan
asamkan dengan beberapa tetes HCl 6 M. Tambahkan 1 ml larutan 0,1 M FeCl3
untuk mengoksidasi I– menjadi I2. Tambahkan 1 ml
CCl4 lalu kocok. Warna “purple” dari lapisan CCl4
menunjukkan adanya Iodida.
3.
Anion Bromida (Br–)
Pada sebuah abung
reaksi, ambil 2 ml larutan KBr 0,1 M. Tambahkan 1 ml larutan air klor dan 1 ml
CCl4 kocoklah. Warna lapisan CCl4 berubah menjadi coklat
menunjukkan adanya ion Bromida, karena Br– dioksidasi oleh
Klor menjadi Br2.
4.
Anion Sulfida (S2–).
Ke dalam 2 ml
larutan Na2S tambahkan 6 M HCl berlebih. Amati bau gas H2S
yang keluar. Untuk meyakinkan keluarnya gas tadi, letakkan pada mulut tabung
reaksi, kertas saring yang dibasahi dengan Pb(CH3COO)2. Panaskan
tabung reaksi, noda berwarna hitam PbS, menunjukkan adanya Sulfida.
5.
Anion Sulfat (SO42–).
Dalam sebuah tabung
reaksi yang bersih isilah dengan 2 ml larutan Na2SO4 0,1
M dan 2 ml larutan Ba(NO3)2 0,1 M. Terbentuknya endapan
putih yang tidak larut ketika ditambah-kan 1 ml HCl 1 M menandakan adanya ion
sulfat.
6.
Anion Nitrat (NO3–).
Dalam sebuah tabung
reaksi ambil 2 ml larutan NaNO3 0,1 M, asam kan dengan 1 ml H2SO4
3 M dan tambahkan 1 ml larutan FeSO4 jenuh yang baru dibuat. Miringkan
letak tabung reaksi kira-kira 45o , lalu masukkan perlahan-lahan 1
ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung. Usahakan agar H2SO4
menempati bagian bawah tabung dan jangan dikocok. Terbentuknya suatu cincin
coklat dari senyawa Fe(NO)SO4 pada batas kedua zat cair
menunjukkan adanya NO3–.
7.
Anion Karbonat (CO32–) dan
Bikarbonat (HCO32–).
Pengujian terhadap
adanya ion CO32– dilakukan dengan memakai zat padatnya.
Kekhasannya terletak pada pembentukan endapan putih BaCO3. Pada
sebuah tabung reaksi, masukkan sedikit Na2CO3 padat, lalu
tambahkan dengan hati-hati 6 tetes HCl 6 M. Amati terbentuknya gas CO2
dan cium baunya. Beberapa senyawa lain
misalnya, sulfida dan sulfit akan menghasilkan gas yang berbau pada penambahan
HCl. Masukkan pengaduk yang telah dibasahi dengan larutan Ba(OH)2 ke
dalam tabung reaksi (jangan tercelup ke dalam larutan). Terbentuk- nya endapan
putih BaCO3 menandakan adanya ion karbonat. Suatu bikarbonat
misalnya NaHCO3 juga memberikan hasil yang sama, jadi pengujian ini
berlaku juga untuk ion bikarbonat.
8.
Anion Phosfat (PO43–)
Ion Phosfat diuji
dengan pembentukan endapan kuning dari senyawa Ammonium Phosfo-molibdat
[(NH4)3PO4.12MoO3]. Ke dalam sebuah
tabung reaksi ambil 1 ml larutan Na3PO4 0,1 M, tambahkan
1 ml larutan HNO3 6 M dan 1 ml (NH4)3MoO3
0,5 M. Aduklah campuran tersebut, selanjutnya letakkan tabung reaksi ke dalam
beaker gelas yang berisi air mendidih. Setelah beberapa lama, maka akan
terbentuk endapan yang berwarna kuning dari Ammonium Phosfo-molibdat,
menyatakan adanya phosfat.
9.
Anion Oksalat (C2O43–)
Ambil 1 ml larutan
Na2C2O4 dalam sebuah tebung reaksi, kemudian
tambahkan tetes demi tetes larutan Ca-asetat 2 M sampai terbentuk endapan
yang sempurna. Lakukan sentrifugasi dan
cuci endapan dengan aquadest, buang air cuciannya. Endapan ditambahkan 10 tetes
H2SO4 1,5 M dan panaskan dengan penangas air selama 1
menit dan tambahkan 2 tetes larutan KMnO4 0,01 M . Hilangnya
warna larutan KMnO4 menandakan adanya ion oksalat.
E. IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL
Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang
melekat pada suatu senyawa dan berperan memberikan sifat yang khas dan
berpengaruh pada sifat fisik dan kimia senyawa tersebut. Senyawa organik yang
mempunyai gugus fungsional sama akan ditempatkan pada deret homolog yang sama.
Ikatan tunggal karbon-karbon dan karbon-oksigen dalam senyawa organik biasanya
tidak reaktif karena mereka non polar. Golongan polar membentuk bagian yang
reaktf dalam suatu molekul organik yaitu gugus fungsional tersebut. Misal,
alkohol adalah suatu golongan senyawa yang mengandung gugus fungsi hodroksil
(-OH) terikat pada karbon. Semua alkohol mempunyai reaksi kimia yang sama
karena mengandung gugus fungsional ini. Ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap
tiga yang menghubungkan atom-atom karbon juga dianggap gugusan fungsional,
sebab lebih reaktif daripada ikatan tunggal karbon-karbon (Prasojo, 2010).
Tujuan dari identifikasi adalah untuk mengenali gugus
fungsi tertentu yang terdapat dalam suatu senyawa melalui reaksi kimia tertentu
yang spesifik, yaitu reaksi kimia yang hanya dapat bereaksi dengan senyawa yang
mengandung gugus fungsi tertentu dan tidak dapat bereaksi dengan gugus fungsi
yang lain. Masing-masing senyawa organik memiliki sifat tertentu yang
bergantung pada gugus fungsionil yang dimilikinya. Beberapa senyawa dengan
gugus fungsi berbeda dapat memiliki sifat yang sama/mirip (Prasojo, 2010).
Gugus fungsi tertentu bereaksi hanya dengan pereaksi
tertentu dengan memberikan gejala yang khas, karena itu gugus fungsi menjadi
ciri suatu kelompok senyawa dan dapat dikenali dengan peraksi pengenalnya.
Alkohol
Alkohol
merupakan senyawa hidrokarbon dengan satu atom H disubtitusi oleh satu gugus OH
. Alkohol juga dapat di anggap berasal dari air H-O-H dengan H diganti oleh
gugus C2H5 (etil).
Berdasarkan letak OH pada rantai hidrokarbon, alkohol dapat dibagi atas
tiga golongan yakni :
Alkohol Primer
Rumus umum: R-CH2-OH
Alkohol sekunder
Rumus umum: (R)2CH-OH
Alkohol Tersier
Rumus umum: (R)3C-OH
Jika alkohol dioksidasi misalnya dengan kalium kromat, dihasilkan senyawa
yang berbeda yaitu aldehid dan keton. Dengan oksidasi kuat dihasilkan asam
karboksilat.
Asam dan Basa
Asam organik dapat diperoleh dengan mengoksidasi alkohol atau aldehid
dengan pengoksidasi kuat, misalnya KMnO4. Penambahan asam mineral
kuat pada garam organik menghasilkan asam organik. Asam organik bereaksi cepat
dengan NaHCO3, menghasilkan gas CO2.
Basa organik pada umumnya mengandung gugus fungsi NH2. Pasangan
electron bebas pada nitrogen menunjukan sifat sebagai basa lewis.
Senyawa–senyawa organik yang larut dalam air bersifat netral (pH=7). Asam
mempunyai pH rendah sedangkan basa pHnya tinggi. Dalam percobaan ini digunakan
kertas lakmus untuk menguji keasaman.
Ester
Ester dapat terbentuk dari reaksi asam anorganik atau asam organik dengan
alkohol. Ester biasanya mudah menguap dan mempunyai bau yang enak. Bau alami
dari banyak bunga – bungaan dan aroma dari buah – buahan merupakan aroma dari
salah satu atau beberapa ester.
Tabel berikut menunjukkan ester
dengan cita rasa atau aromanya.
Rumus Struktur
|
Jenis Ester
|
Aroma
|
CH3COOC5H11
C4H9COOC5H11
C3H1COOC5H11
C3H7COOC4H9
C3H7COOC3H7
|
Amil Asetat
Amil Valerat
Amil Butirat
Butil Butirat
Propil Butirat
|
Buah Pisang
Buah Apel
Buah Jambu
Buah Nanas
Buah Mangga
|
Beberapa ester alami yang penting adalah lemak hewan, mentega, dan minyak
biji rami, biji kapas dan buah zaitun yang digunakan untuk membuat minyak sayur
dan margarin. Dalam ilmu kimia Alkohol adalah senyawa-senyawa dimana satu atau
lebih atom hidrogen dalam sebuah alkana digantikan oleh sebuah gugus -OH. Kelas
penting dari gugus . Fungsi alkohol adalah alkohol asiklik sederhana, dengan
rumus umum CnH2n + 1OH. Dari rumus tersebut, etanol (C2H5OH)
adalah jenis alkohol yang umum ditemukan dalam minuman beralkohol, dan dalam
bahasa sehari-hari kata alkohol merujuk pada kata khusus untuk etanol.
Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh
rantai atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempunyai titik
didih yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C-nya sama. Hal
ini disebabkan antara molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Rumus umum
alkohol R – OH, dengan R adalah suatu alkil baik alifatis maupun siklik. Dalam
alkohol, semakin banyak cabang semakin rendah titik didihnya. Sedangkan dalam
air, metanol, etanol, propanol mudah larut dan hanya butanol yang sedikit
larut. Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam
segala perbandingan.
Alkohol umumnya berwujud cair dan memiliki sifat mudah menguap (volatil)
tergantung pada panjang rantai karbon utamanya (semakin pendek rantai C,
semakin volatil). Kelarutan alkohol dalam air semakin rendah seiring bertambah
panjangnya rantai hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena alkohol memiliki gugus
OH yang bersifat polar dan gugus alkil (R) yang bersifat nonpolar, sehingga
makin panjang gugus alkil makin berkurang kepolarannya.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalm alkohol antara lain reaksi substitusi,
reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan esterifikasi. Dalam suatu alkohol,
semakin panjang rantai hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan
jika cukup panjang sifat hidrofob ini mengalahkan sifat hidrofil dari gugus
hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil dapat memperbesar kelarutan dalam air.
Asam
Alkanoat / Asam karboksilat
Asam alkanoat atau asam karboksilat merupakan golongan senyawa karbon yang
mempunyai gugus fungsional –COOH terikat langsung pada gugus alkil, sehingga
rumus umum asam alkanoat adalah : R-COOH.
Sifat –
sifat asam karboksilat.
Secara umum senyawa-senyawa asam alkanoat atau asam karboksilat mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
sifat-sifat sebagai berikut :
1.
Asam alkanoat yang mengandung C1
sampai C4 berbentuk cairan encer dan larut sempurna dalam air.
2.
Asam alkanoat dengan
atom C5 sampai C9 berbentuk cairan kental dan sedikit larut dalam air.
3.
Asam alkanoat suku
tinggi dengan C10 atau lebih berbentuk padatan yang sukat larut dalam air.
4.
Titik didih asam alkanoat
lebih tinggi dibandingkan titik didih lcohol yang memiliki jumlah atom C yang
sama.
5.
Asam alkanoat pada
umumnya merupakan asam lemah. Semakin panjang rantai karbonnya semakin lemah
sifat asamnya.
Contoh :
HCOOH Ka =
1,0 x 10–4
CH3COOH
Ka = 1,8 x 10–5
CH3CH2COOH
Ka = 1,3 x 10–5
Asam alkanoat dapat bereaksi dengan basa menghasilkan garam. Reaksi ini
disebut reaksi penetralan.
CH3COOH
+ NaOH -------------> CH3COONa + H2O
Asam Etanoat Natrium Etanoat
Asam Etanoat Natrium Etanoat
Asam
alkanoat dapat bereaksi dengan alkohol menghasilkan senyawa ester. Reaksi ini
dikenal dengan reaksi esterifikasi.
CH3COOH
+ CH3–OH ------------------> CH3COOHCH3 + H2O
Asam Etanoat Metanol Metil Etanoat
Asam Etanoat Metanol Metil Etanoat
CH3CH2COOH
+ CH3CH2–OH -------------> CH3CH2COOCH3
+ H2O
Asam Propanoat Etanol Etil Propanoat
Asam Propanoat Etanol Etil Propanoat
Kegunaan Asam Alkanoat
Penggunaan
asam alkanoat dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
1.
Asam format (asam metanoat) yang juga
dikenal asam semut merupakan cairan tak berwarna dengan bau yang merangsang.
Biasanya digunakan untuk:
a.
Menggumpalkan lateks (getah karet)
b.
Obat pembasmi hama
2.
Asam asetat atau asam etanoat yang
dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan nama asam cuka. Asam cuka banyak
digunakan sebagai pengawet makanan, dan penambah rasa makanan (bakso dan soto).
3.
Asam sitrat biasanya
sering digunakan untuk pengawet buah dalam kaleng.
4.
Asam stearat, asam
ini berbentuk padat, berwarna putih. Dalam kehidupan sehari-hari terutama
digunakan untuk membuat lilin.
Tatanama
Alkohol
Nama umum untuk alkohol diturunkan
dari gugus alkil yang melekat pada –OH dan kemudian ditambahkan kata
alkohol. Dalam sisitem IUPAC, akhiran-ol menunjukkan adanya gugus hidroksil.
Contoh-contoh berikut menggambarkan contoh-contoh penggunaan kaidah IUPAC (Nama
umum dinyatakan dalam tanda kurung).
Bagi kebanyakan orang kata eter
dikaitkan dengan anestesi. Eter yang dimaksud adalah hanyalah salah satu
anggota kelompok eter, yaitu senyawa yang mempunyai dua gugus organik melekat
pada atom oksigen tunggal. Rumus umum eter ialah R-O-R’, yang R dan R’-nya bisa
sama atau berbeda, gugusnya dapat berupa alkil atau aril. Pada anestesi umum
kedua R-nya adalah gugus etil. CH3CH2-O-CH2CH3.
Eter merupakan isomer atau turunan
dari alkohol (unsur H pada OH diganti oleh alkil atau aril). Eter mengandung
unsur C, H, dan O.
Sifat Fisika
Eter
§
Senyawa eter rantai C pendek berupa
cair pada suhu kamar dan TD nya naik dengan penambahan unsur C.
§
Eter rantai C pendek
medah larut dalam air, eter
§
dengan rantai
panjang sulit larut dalam air dan larut dalam pelarut organik.
§
Mudah terbakar
§
Unsur C yang sama TD
eter > TD alkana dan < TD alkohol (metil, n-pentil eter 140oC,
n-heptana 98oC, heksil alkohol 157oC).
Penggunaan Eter
§
Dietil eter: sebagai obat bius umum,
pelarut dari minyak, dsb.
§
Eter-eter tak jenuh:
pada opersi singkat : ilmu kedokteran gigi dan ilmu kebidanan.
Tatanama
Eter
Eter diberi nama berdasarkan gugus
alkil atau arilnya menurut urutan abjad, diikuti dengan kata eter misalnya : Untuk
eter dengan stuktur kompleks, kadang-kadang diperlukan nama gugus –OR sebagai
gugus alkoksi. Misalnya, dalam sistem IUPAC eter diberi nama sebagai
hidrokarbon dengan substitusi alkoksi.
F. GRAVIMETRI
Gravimetri
ialah pengukuran berdasarkan berat. Analisis gravimetri ialah analisis
kuantitatif yang menggunakan massa (berat) sebagai langkah utama dalam proses
analisisnya. Analisis gravimetri dapat diartikan juga sebagai analisis
kimia secara kuantitatif berdasarkan proses pemisahan dan penimbangan suatu
unsure atau senyawa dalam bentuk murninya. Senyawa
yang dapat diukur melalui analisis gravimetri ini adalah:
§ Pemisahan analit harus
berlangsung secara sempurna.
§ Zat yang ditimbang harus
murni atau mendekati murni dan mempunyai susunan yang pasti.
Kelebihan
untuk analisis gravimetri ini adalah :
§ Mudah.
§ Murah.
§ Spesifik.
§ Cepat.
§ Akurat.
§ Presisi.
§ Sensitive.
Kekurangannya adalah:
§ Memakan
waktu lama.
Analisis gravimetri
ini terdapat beberapa metode, diantaranya:
1. Gravimetri
cara penguapan.
Contohnya, sampel
dipanaskan kemudian analit akan menguap dan residu ditimbang atau analit
diuapkan kemudian dikumpulkan dan uap ditimbang.
Metode ini bertujuan untuk menghilangkan komponen yang tidak diinginkan. Contohnya penentuan kadar air.
Metode ini bertujuan untuk menghilangkan komponen yang tidak diinginkan. Contohnya penentuan kadar air.
2. Gravimetri
elektrolisa
Adalah metode
pemisahan dengan menggunakan sel elektrolisa. Pada metode ini dilakukan
pengukuran massa zat yang terbentuk pada katode. Analisis ini berdasarkan hukum
faraday yang menyatakan bahwa banyaknya zat yang dibebaskan pada elektroda pada
suatu sel, berbanding lurus dengan kuantitas listrik yang mengalir melalui
larutannya, banyaknya zat yang berlainan di depositkan oleh kuantitas listrik
yang sama, sebanding dengan massa equivalennya.
3. Gravimetri
cara pengendapan
Metode ini mengubah
bentuk komponen yang diinginkan menjadi endapan yang dapat dipisahkan dengan
sempurna. Syarat-syarat umum:
·
Kelarutan harus kecil.
·
Endapan mudah dipisahkan.
·
Komponen yang diinginkan dapat diubah menjadi
senyawa murninya dengan susunan kimia yang tepat.
G.
VOLUMETRI
Analisa volumetri
adalah analisa kuantitatif dimana kadar dan komposisi dari sampel ditetapkan
berdasarkan volume pereaksi (volume diketahui) yang ditambahkan ke dalam
larutan zat uji, hingga komponen yang ditetapkan bereaksi secara kuantitatif
dengan pereaksi tersebut. Proses diatas dikenal dengan titrasi.
Oleh karena itu, analisa volumetri disebut juga analisa titrimetri.
Titrasi adalah proses
pengukuran volume titran untuk mencapai titik equivalen. Tujuannya adalah untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan. Pada titrasi ini ada beberapa
metode yaitu metode volumetri yang dilakukan dengan cara pengukuran volume
suatu larutan. Dan ada juga metode penentuan kadar atau konsentrasi suatu
larutan dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya.
Syarat Titrasi adalah:
1.
Diketahui dengan pasti reaksi kimia antar analit dan
titran.
2.
Reaksi berjalan dengan cepat.
3.
Adanya suatu alat atau bahan yang dapat menandakan
atau mengidentifikasi suatu larutan yang apabila dititrasi telah mencapai titik
equivalen. Contohnya indicator.
4.
Tidak ada yang yang mengganggu reaksi.
5.
Kesetimbangan lebih mengarah keproduk (kanan) . hal
ini untuk memastikan reaksi secara kuantitatif.
Larutan
Baku
Larutan Baku adalah suatu larutan
yang konsentrasinya telah diketahui dengan akurat.
Larutan Baku dibagi menjadi dua
bagian yaitu :
1.
Larutan Baku Primer
Larutan baku
primer adalah larutan yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya dari
perhitungan. Syarat larutan baku primer :
·
100% murni.
·
Stabil
(konsentrasinya tetap).
·
Mudah diperoleh.
·
Relatif.
·
Memenuhi persyaratan
titrasi.
Larutan baku primer pada
saat titrasi diletakkan pada Erlenmeyer yang disebut sebagai analit. Analit itu
sendiri adalah larutan yang ditambahkan titran atau yang akan ditentukan
kadarnya.
Pembuatan larutan baku primer harus dilakukan dengan teliti secara
analitis, pada penimbangan, pelarutan, maupun pengenceran dan alat yang
dugunakannyapun harus benar – benar bersih. Penimbangan Larutan Baku Primer
dilakukan pada neraca analitik sampai berat persepuluh milligram (sampai 4
desimal dalam gram). Dan untuk pelarutan atau pengencerannya dilakukan pada
labu ukur. Karena labu ukur merupakan suatu alat ukur yang memiliki nilai
keakuratan paling tinggi. Contoh K2Cr2O7, AS2O3,
NaCl, H2C2O4.
2.
Larutan Baku Sekunder
Larutan baku sekunder adalah larutan dengan
konsentrasi tertentu dan merupakan titran, yang akan dititrasi dengan larutan
baku primer. Larutan baku sekunder ini bersifat tidak stabil, dalam artian
konsentrasinya mudah berubah karena pengaruh suhu, udara, cahaya. Contohnya
NaOH.
Titik Equivalen.
Titik Equivalen adalah titik dimana titrasi tepat
bereaksi, atau dapat diartikan titik dalam suatu titrasi dimana jumlah
Equivalen titran sama (setara) dengan jumlah equivalen analit.
Titik Akhir Titrasi.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana proses titrasi
diakhiri yang ditandai dengan adanya perubahan warna indicator sehingga mudah
dilihat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai
proses perpindahan massa. Proses pemisahan
sendiri dapat diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis atau
kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada
kondisi yang dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan
karena biaya operasinya lebih murah dari pemisahan secara kimiawi.
Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan
berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fase komponen
penyusun campuran. Suatu campuran dapat berupa campuran homogen (satu fase)
atau campuran heterogen (lebih dari satu fase).
B.
SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis
mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Lukum, Astin P. 2005. Bahan Ajar Dasar Dasar Kimia Analitik.
Gorontalo; Universitas Negeri Gorontalo
Team Teaching DDKA. 2011. Modul Praktikum Dasar Dasar Kimia Analitik.
Gorontalo ; Universitas Negeri Gorontalo
Fatimah,
Syamsul., Rahmiati., Yoskasih. 2009. “Verifikasi Metoda Gravimetri untuk Penentukan Thorium”. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN. Vol. 13. No. 03.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar
Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Okdayani, Yoskasih. 2010. “Penentuan
Kadar Air Dalam Serbuk UO2 Dengan Metoda Gravimetri”. Hasil-hasil Penelitian EBN. Vol. 12. No. 7.
Underwood, A.L, dan Day, R.A.,
1981, Analisis Kimia Kuantitatif,
Erlangga, Jakarta.
No comments:
Post a Comment