BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teh merupakan salah satu tanaman industriyang sangat penting. Dari
tanaman ini diambil daunnya yang masih muda. Kemudian diolah dan digunakan
untuk bahan minuman yang lezat. Disamping itu, the juga diekspor dan menghasilkan
devisa untuk negara. Kebutuhan akan the di dalam dan di luar negeri terus
meningkat. Karena itu, diusahakan penanaman the diperluas dan diperbaiki. Tanaman
teh karena berasal dari sub tropis, maka cocok ditanam di daerah pegunungan.
Garis besar syarat tumbuh untuk tanaman teh adalah kecocokan iklim dan tanah.
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus
setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi
hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya
perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur, bebas serangan hama
penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik, memperoleh curah hujan
yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman tehnya berumur 40
tahun ke atas. Sesudah abad ke-18, teh dikenal di seluruh dunia.
Mula-mula hanya di daratan China dan India. Pada abad ke-9 teh mulai ditanam di
Jepang. Orang Eropa mengenal teh di abad ke-16. Teh mempunyai 2 varietas,
yakni: varietas Sinensis dan varietas Assamica. Teh assamica-lah yang paling
banyak ditanam di Indonesia.
B. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui syarat tumbuh teh
2. Untuk
mengetahui morfologi teh
3. Untuk
mengetahui taksonomi teh
4. Untuk
mengetahui bagaimana perbanyakan tanamana secara vegetatif dan generatif
5. Untuk
mengetahui pemeliharaan tebu
6. Untuk
mengetahui pengendalian hama dan penyakit tanaman tebu
7. Untuk
mengetahui cara panen dan pengolahan pascapanen tebu
PEMBAHASAN
Iklim untuk budidaya teh yang tepat
yaitu dengan curah hujan tidak kurang dari 2.000 mm/tahun. Tanaman memerlukan
matahari yang cerah. Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25o C.Kelembaban
kurang dari 70%. Untuk media tanamnya jenis tanah yang cocok untuk teh adalah
Andasol, Regosol, dan Latosol. Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah
podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol, dan Aluvia.
Teh menyukai tanah dengan lapisan
atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, dan gembur. Derajat
kesamaan tanah (pH) berkisar antara 4,5 sampai 6,0. Berdasarkan ketinggian
tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah
sampai 800 m dpl, da-taran sedang 800-1.200 m dpl, dan dataran tinggi lebih
dari 1.200 m dpl.
Per-bedaan ketinggian tempat
menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh. Ketinggian tempat
tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m
dpl sampai ketinggian lebih dari 1000 m dpl (Setyamidjadja, 2000).
B. TAKSONOMI TANAMAN THE
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo
: Clusiales
Familia
: Theaceae
Genus
:
Camellia
Spesies
: Camellia sinensis
C.
MORFOLOGI
Tanaman
teh berbentuk pohon. Tingginya bisa mencapai belasan meter. Namun tanaman teh
di perkebunan selalu dipangkas untuk memudahkan pemetikan, sehingga tingginya
hanya mencapai 90 – 120 cm. Mahkota tanaman teh berbentuk kerucut. Daunnya
berbentuk jorong atau agak bulat telur terbalik/lanset. Tepi daun bergerigi.
Daun
tunggal dan leteknya hampir berseling. Tulang daun menyisip. Permukaan atas
daun muda berbulu halus, sedangkan permukaan bawahnya bulunya hanya sedikit.
Permukaan daun tua halus dan tidak berbulu lagi. Bunga tunggal dan ada yang
tersusun dalam rangkaian kecil.
Bunga
muncul dari ketiak daun. Warnanya putih bersih dan berbau wangi lembut. Namun,
ada bunga yang berwarna semu merah jambu. Mahkota bunga berjumlah 5 – 6 helai.
Putik dengan tangkai yang panjang atau pendek dan pada kepalanya terdapat tiga
buah sirip. Jumlah benang sari 100 – 200.
Buah
teh berupa buah kotak berwarna hijau kecokelatan. Dalam satu buah berisi satu
sampai enam biji, rata – rata tiga biji. Buah yang masak dan kering akan pecah
dengan sendirinya serta bijinya ikut keluar. Bijinya berbentuk bulat atau
gepeng pada satu sisinya, berwarna putih sewaktu masih muda dan berubah menjadi
cokelat setelah tua.
Akar
teh berupa akar tunggang dan mempunyai banyak akar cabang. Apabila akar
tunggangnya putus, akar – akar cabang akan menggantikan fungsinya dengan arah
tumbuh yang semula melintang (horisontal) menjadi ke bawah (vertikal). Akar
bisa tumbuh besar dan cukup dalam.
D.
PERBANYAKAN
TANAMAN SECARA GENERATIVE
Tanaman
teh dapat diperbanyak secara generative maupun secara vegetative. Pada
perbanyakan secara generative digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan
perbanyakan secara vegetative digunakan bahan tanaman asal setek berupa klon.
Biji yang baik ditandai dengan beberapa ciri, antara lain:
a. Kulit
biji berwarna hitam dan mengkilap
b. Berisi
penuh, dengan isi biji berwarna putih.
c. Mempunyai
berat jenis yang lebih besar dari pada air, sehingga apabila dimasukkan kedalam
air akan tenggelam.
d. Mempunyai
bentuk dan ukuran yang normal.
e. Tidak
terserang penyakit, cendawan ataupun kepik biji.
Biji yang dipungut untuk dijadikan benih adalah biji yang telah
jatuh ke tanah, dikumpulkan secara teratur setiap hari, benih yang digunakan
adalah benih yang baik. Sebaiknya biji segera disemai karena daya kecambah biji
teh cepat menurun dan biji teh mudah menjadi busuk.
E. PERBANYAKAN TANAMAN SECARA
VEGETATIVE
Perbanyakan teh secara vegetatif dengan menggunakan setek satu daun
lebih dianjurkan. Selain itu benih vegetatif seperti ini memiliki
karakter yang sama dengan induknya sehingga potensi hasil, kualitas, dan
ketahanan terhadap hama dan penyakit terjamin. Pertumbuhan tanaman juga seragam
sehingga mudah mengelolanya. Benih yang digunakan harus memenuhi syarat
berikut:
§
Merupakan klon unggul yang
sudah dilepas sebagai benih bina oleh Menteri Pertanian.
§
Berasal dari kebun perbanyakan
yang telah dimurnikan dan ditetapkan sebagai kebun sumber benih.
§
Benih diambil dari tanaman yang
telah dikelola khusus dan dipangkas 4 bulan sebelumnya.
§
Benih harus disertifikasi dan
diberi label sebelum siap diangkut dan ditanam di lapangan. Hal ini merupakan
jaminan mutu dari benih tersebut.
Benih teh berasal dari kebun perbanyakan yang telah dipelihara
sampai berumur 2 tahun. Setelah dilakukan pangkas bersih setinggi 50 – 60
cm. Ranting setek mulai dapat diambil 4 bulan setelah pemangkasan, dengan ciri
ranting primer di bagian pangkal sudah terlihat berwarna coklat.
a.
Pengambilan dan pembuatan
setek
§
Ranting setek yang dipilih
adalah pada bagian tengah perdu (2/3), dipotong setinggi 15 cm dari bidang
pangkasan (perbatasan warna coklat dan hijau)
§
Ranting setek diambil secara
selektif, yang tumbuh sehat, tegak mengarah ke atas dan berdaun mulus, berwarna
hijau tua dan mengkilap.
§
Ranting stek yang diambil
segera dimasukkan ke dalam kantong plastik berlabel dan diberi keterangan klon.
§
Pengambilan ranting setek
dilakukan pada pagi hari (jam 07.00-10.00) dan sore hari (jam 16.00-17.00).
§
Dari 1 ranting setek dapat
dihasilkan 4-6 setek. Benih setek yang diambil sepanjang ± 1 ruas dan mempunyai
1 helai daun, berasal dari bagian tengah ranting yang berwarna hijau tua.
Bagian pangkal dan bagian ujung tidak dipakai.
§
Pemotongan benih dilakukan
dengan pisau tajam dengan cara memotong tiap ruas dengan satu lembar daun
sepanjang 0,5 cm di atas daun dan 4-5 cm di bawah ketiak daun dengan kemiringan
45º (bagian lancip ke arah luar/atas daun).
§
Benih yang telah dipotong
ditampung pada ember yang berisi air bersih dan direndam maksimal 30 menit dan
dapat ditanam lagsung di persemaian.
b. Persemaian
§ Sebelum benih siap ditanam, bedeng
persemaian dan polybag harus disiapkan dulu.
§ Siapkan dua ember besar, salah
satunya yang diisi air bersih dan ember lainnya diisi larutan zat pengatur
tumbuh (ZPT). Celupkan benih teh ke ember pertama dan kemudian ke ember kedua
selama 1 menit.
§ Setek ditanam dengan menancapkan
tangkainya ke dalam tanah di polybag dengan daun menghadap ke arah tangan, arah
daun harus condong ke atas dan tidak saling menutupi satu sama lain.
§ Setelah ditanam kemudian disiram air
bersih dan dijaga agar tangkai setek tidak goyah.
§ Bedengan segera ditutup dengan
sungkup plastik selama 3-4 bulan tergantung pertumbuhan, hanya dibuka jika
dilakukan pemeliharaan namun segera ditutup lagi.
§ Setelah benih berumur 6-7 bulan,
dilakukan seleksi tanaman. Benih dengan tinggi min. 15 cm siap dilakukan
adaptasi terhadap sinar matahari dengan cara membuka naungan secara bertahap.
§ Benih siap tanam setelah 8 bulan,
minimal tinggi 30 cm dan 5 helai daun, secara visual sehat, kekar dan jagur,
serta memiliki akar tunggang semu minimal 2 dan tidak ada pembengkakan kalus.
F.
PEMELIHARAAN TANAMAN
1. Pemupukan
Untuk
memenuhi kebutuhan tanaman akan hara, pemupukan pada budidaya teh organik
menggunakan pupuk organik dapat berupa :
§ Sampah pangkasan;
§ Sisa tumbuhan dan hewan dari lahan
yang sama atau lahan yang lain;
§ Kompos atau bokasi
§ Sampah organik rumah tangga, kota
dan pasar; Llimbah sampah organik pabrik;
§ Limbah sampah peternakan; dan
§ Tanaman khusus penghasil bahan
organik (pupuk hijau, pohon pelindung dan lain-lain).
Selain itu pupuk hijau berguna untuk
mempertahankan dan meningkatkan bahan organik tanah yang selanjutnya dapat
meningkatkan nitrogen. Pupuk hijau merupakan bentuk khusus daur ulang organik,
yaitu :
§ Pupuk hijau
dapat dikumpulkan dari daun, cabang, ranting dan rumput yang diangkut ke
lapangan untuk disebarkan sebagai mulsa di atas tanah atau dibenam dalam tanah.
§ Pupuk hijau
dapat juga ditanam di lapangan dan dibenam selama bera atau sebelum penanaman
tanaman utama.
§ Pupuk hijau
dapat ditanam secara tumpang sari (intercrop) sebagai
mulsa hidup untuk tanaman utama.
§ Pupuk hijau
dapat ditanam sebagai alley cropping, pohon atau perdu pupuk hijau
ditanam sebagai pagar berjarak beberapa meter dan di antaranya (alley) dapat
ditanami tanaman utama.
2. Pembentukan Bidang Petik
a. Cara Pemenggalan (centering)
Cara
ini dilakukan pada bahan tanaman/bibit asal setek yang ditanam dalam bekong. Pelaksanaan centering adalah
sebagai berikut:
§ Setelah bibit
ditanam dilapang dan telah menunjukkan pertumbuhan, yaitu kira-kira berumur 4-6
bulan, batang utama di centering setinggi 15-20 cm dengan
meninggalkan minimal 5 lembar daun. Apabila pada ketinggian tersebut tidak ada
daun maka centering dilakukan lebih tinggi lagi.
§ Kemudian setelah
cabang baru tumbuh setinggi 50-60 cm, yaitu kira-kira 6-9 bulan setelah centering dan
terdapat cabang yang tumbuh kuat ke atas, maka perlu dipotong (decentering) pada
ketinggian 30 cm untuk memacu pertumbuhan ke samping/melebar.
§ Tiga sampai enam
bulan kemudian, jika percabangan baru telah tumbuh mencapai ketinggian 60-70
cm, dilakukan pemangkasan selektif bagi cabang(selective cut cross) dibiarkan
selama 3-6 bulan, kemudian dijendang(tipping) pada ketinggian 60-65
cm atau 15-20 cm dari bidang pangkas.
b. Cara Perundukan (bending)
Bending adalah suatu cara pembentukan bidang petik dengan
melengkungkan batang utama dan cabang-cabang sekunder tanpa mengurangi bagian-bagian
tanaman agar merangsang pertumbuhan tunas pada bagian tersebut.
Pelaksanaan bending adalah sebagai berikut :
§ Setelah bibit
dipindahkan ke lapangan dan menunjukkan pertumbuhan (4-6 bulan), batang utama
dilengkungkan (dirundukkan) dengan membentuk sudut 450 dari
permukaan tanah. Untuk melengkungkan batang atau cabang dipergunakan tali
bambu, cagak kayu dan lain-lain.
§ Kira-kira 6
bulan setelah bending I, tunas-tunas sekunder telah mencapai
panjang 40-50 cm dan dilakukan bending II dengan arah menyebar
ke segala arah. Pada umumnya tunas sekunder mempunyai kecepatan tumbuh yang
berbeda-beda, sehingga bending dilakukan 2-3 kali sampai
cabang menutup ke segala arah.
§ Cabang yang
tumbuh kuat ke atas setelah bending II dipotong setinggi 30
cm.
§ Tunas-tunas yang
tumbuh setelah bending II (kecuali yang tumbuh kuat ke atas)
dibiarkan sampai mencapai ketinggian 60-70 cm (6-9 bulan setelahbending II),
kemudian di cut cross/dipangkas setinggi 45 cm.
3. Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan adalah sebagai berikut
§
Pangkasan pada daerah dataran sedang (800-1.200 dpl), tinggi
pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun-daun serta
membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul).
§
Pangkasan pada daerah dataran tinggi (> 1.200 dpl),
tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun
(pangkasan bersih), serta membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan
jambul) terutama pada tanaman muda yang berumur kurang dari 10 tahun.
Tinggi pangkasan bagi kebun
produktif berkisar antara 40-70 cm. Tinggi pangkasan yang lebih rendah dari 40
cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah, sehingga
akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan. Sebaliknya jika lebih
tinggi dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan. Setelah pemangkasan perlu
diikuti dengan perlakuan gosok lumut dan pengolahan tanah dengan cara garpu
rengat.
G.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Hama
1. Helopeltis antonii
Serangga
dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan ranting muda. Bagian yang
diserang berbercak coklat kehitaman dan mengering. Serangan pada ranting dapat
menyebabkan kanker cabang. Pengendalian: pemetikan dengan daur petik 7 hari,
pemupukan berimbang, sanitasi, mekanis, predator Hierodula dan Tenodera,
Insektisida nthio 330 EC, Carbavin 85 WP, Mitac 200 EC.
2. Ulat jengkal (Hyposidra talaca,
Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria)
Ulat berwarna hitam atau coklat
bergaris putih, menyerang daun muda, pucuk dan daun tua, serangan dapat di
kebun atau persemaian. Daun yang diserang bergigi/berlubang. Pengendalian:
membersihkan serasah dan gulma, pemupukan berimbang dan insektisida Lannate 35
WP, Lannate L.
3. Ulat penggulung daun (Homona
aoffearia)
Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang
daun teh muda dan tua. Daun tergulung dan terlipat. Pengendalian: cara mekanis,
melepas musuh hayati seperti Macrocentrus homonae, Elasmus homonae, insektisida
Ripcord 5 EC.
4. Ulat penggulung pucuk (Cydia
leucostoma)
Ulat berukuran 2-3 cm berada di
dalam gulungan pucuk teh. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas
musuh alami Apanteles dan insektisida Bayrusil 250 EC, Dicarbam 85 S, Sevin
85S.
5. Ulat api (Setora nitens,
Parasa lepida, Thosea)
Ulat berbulu menyerang daun muda dan
tua, tanaman menjadi berlubang. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas
parasit dan insektisida Ripcord 5 EC dan Lannate L.
6. Tungau
jingga (Brevipalpus phoenicis)
Berukuran 0,2 mm berwarna jingga,
menyerang daun teh tua di bagian permukaan bawah. Terdapat bercak kecil pada
pangkal daun, tungau membentuk koloni di pangkal daun, Lalu serangan menuju
ujung daun, daun mengering dan rontok. Pengendalian: (1) cara mekanis,
pengendalian gulma, pemupukan berimbang, predator Amblyseius, (2) insektisda
Dicofan 460 EC, Gusadrin 150 WSC, Kelthane 200 EC, Omite 570 EC.
Penyakit
1. Cacar the
Penyebab: jamur Exobasidium
vexans. Menyerang daun dan ranting muda. Gejala: bintik-bintik kecil tembus
cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut pusat bercak menjadi coklat
dan terlepas sehingga daun bolong. Pengendalian: mengurangi pohon pelindung,
pemangkasan sejajar permukaan tanah, pemetikan dengan daur pendek (9 hari),
penanaman klon tanah cacar PS 1, RB 1, Gmb1, Gmb 2, Gmb 3, Gmb 4, Gmb 5,
fungisida.
2. Busuk daun
Penyebab: jamur Cylindrocladum
scoparium. Gejala: daun induk berbercak coklat dimulai dari ujung/ketiak
daun, daun rontok, setek akan mati. Pengendalian: mencelupkan stek ke dalam
fungisida. Jika persemaian terserang semprotkan benomyl 0,2%.
3. Mati ujung pada bidang petik
Penyebab: jamur Pestalotia
tehae. Sering menyerang klon TRI 2024. Gejala: bekas petikan berbercak
coklat dan meluas ke bawah dan mengering, pucuk baru tidak terbentuk.
Pengendalian: pemupukan tepat waktu, pemetikan tidak terlalu berat, fungisida
yang mengandung tembaga.
4. Penyakit akar merah anggur
Di dataran rendah 900 meter dpl
terutama tanah Latosol. Penularan melalui kontak akar. Penyebab: jamur Ganoderma
pseudoferreum. Gejala: tanaman menguning, layu, mati. Pengendalian:
membongkar dan membakar teh yang sakit, menggali selokan sedalam 60-100 cm di
sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil bromida atau Vapam.
5. Penyakit akar merah bata
Penyebab: jamur Proria
hypolatertia. Di dataran tinggi 1.000-1.500 meter dpl. Ditularkan melalui
kontak akar, Gejala: sama dengan penyakit akar merah anggur. Pengendalian: sama
dengan penyakit akar merah anggur.
6. Penyakit akar hitam
Penyebab: jamur Rosellinia
arcuata di daerah 1.500 meter dpl dan R. bunodes di daerah 1.000 meter
dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan tanaman mati, terdapat benang
hitam di bagian akar, di permukaan kayu akar terdapat benang putih (R. arcuata)
atau hitam (R. bunodes). Pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya.
H.
PANEN
DAN PASCA PANEN
PANEN
Cara Panen
Terdapat tiga macam petikan teh, yaitu:
1. Petikan jendangan, petikan pertama setelah
pangkasan untuk membentuk bidang petik agar datar dan rata.
2. Petikan produksi, dilakukan setelah
petikan jendangan:
§ Semua tunas yang melewati bidang
petik dan memenuhi rumus petik harus diambil, tunas yang melewati bidang petik
tetapi belum memenuhi rumus petik dibiarkan.
§ Tunas yang terlalu muda harus
diambil.
§ Semua pucuk burung diambil.
§ Tunas cabang yang menyamping dan
tingginya tidak lebih dari bidang pangkas dibiarkan.
3. Petikan gandesan, dilakukan di kebun
yang akan dipangkas dengan cara memetik semua pucuk tanpa melihat rumus petik.
Periode
Panen
Panjang pendeknya periode pemetikan
ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim
dan kesehatan tanaman. Pucuk teh dipetik dengan periode antar 6-12 hari. Teh
hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali.
Prakiraan
Produksi
Produksi
diharapkan mencapai 200 kg berat kering/ha/tahun.
Pengolahan
daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar secara
terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang memunculkan sifat-sifat yang
dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik
dan disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat
kelompok yaitu subtansi fenol (catechin dan flavanol),
subtansi bukan fenol (pectin, resin. vitamin, dan mineral),
subtansi aromatik dan enzim-enzim. Daun teh yang dipetik, awal mula
melewati proses pelayuan yang memakan waktu 18 jam disebuah tempat berbentuk
persegi panjang bernama withered trough. Setiap 4 jam daun
dibalik secara manual. Masing-masing withered trough memuat 1
sampai 1,5 ton daun teh. Fungsi dari proses pelayuan ini adalah untuk
menghilangkan kadar air sampai dengan 48%.
Daun-daun
teh yang sudah layu kemudian dimasukan kedalam gentong dan diangkut menggunakan
monorel ke tempat proses berikutnya. Dari monorel daun-daun dimasukan ke
mesin penggilingan. 1 mesin memuat 350 kg daun teh dan waktu untuk menggiling
adalah 50 menit. Setelah digiling, daun teh dibawa ketempat untuk mengayak.
Proses untuk mengayak ini terjadi beberapa kali dengan hasil hitungan
berdasarkan jumlah mengayak: bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4, dan badag. Sementara
itu hasil ayakan terakhir yaitu badag tidak melewati proses fermentasi. Badag
dan bubuk-bubuk yang telah melewati proses fermentasi kemudian dibawa ke
ruangan berikutnya untuk dikeringkan. Lamanya proses pengeringan adalah 23
menit dengan suhu 100o C. Bahan bakar untuk proses pengeringan
ini adalah kayu dan batok kelapa untuk rasa yang lebih enak.
Usai
dikeringkan, daun dibawa ke ruangan sortasi,. Ada 3 jenis pekerjaan yang
dilakukan diruangan sortasi. pertama, memisahkan daun teh yang berwarna hitam
dan yang berwarna merah dengan menggunakan alat yang disebut Vibro.
Kedua, memisahkanukuran besar dan ukuran kecil. Setelah semua
proses selesai dikerjakan maka teh harus diperiksa dahulu (quality control).
Bila daun tersebut memenuhi standar maka akan dikemas ditempat penyimpanan
sementara (disimpan didalam tong plastik berukuran besar). Bila sudah siap
untuk dipasarkan, contohnya di ekspor maka daun teh yang siap
dipasarkan tersebut akan dikemas kedalam papersack (Setyamidjadja,
2000).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Teh merupakan salah satu tanaman
industriyang sangat penting. Dari tanaman ini diambil daunnya yang masih muda.
Kemudian diolah dan digunakan untuk bahan minuman yang lezat. Disamping itu,
the juga diekspor dan menghasilkan devisa untuk negara. Kebutuhan akan the di
dalam dan di luar negeri terus meningkat. Karena itu, diusahakan penanaman the
diperluas dan diperbaiki. Tanaman teh karena berasal dari sub tropis, maka
cocok ditanam di daerah pegunungan. Garis besar syarat tumbuh untuk tanaman teh
adalah kecocokan iklim dan tanah.
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik
daunnya secara menerus setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik
tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun.
Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur,
bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik,
memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah
tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas. Sesudah abad ke-18, teh dikenal
di seluruh dunia. Mula-mula hanya di daratan China dan India. Pada abad ke-9
teh mulai ditanam di Jepang. Orang Eropa mengenal teh di abad ke-16. Teh
mempunyai 2 varietas, yakni: varietas Sinensis dan varietas Assamica. Teh
assamica-lah yang paling banyak ditanam di Indonesia.
B.
SARAN
Dalam penyelesaian makalah ini penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis
mengharapkan kirik dan saran dari pembaca guna perbaikan untuk kali yang akan
datang.
C.
DAFTAR PUSTAKA
Ghani, Mohammad A. 2002. Dasar-Dasar
Budi Daya Teh. Penebar Swadaya; Jakarta. 134 hal.
M.Sultoni Arifin, Dr. dkk. 1992. Petunjuk
Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. Bandung.
Rasjid Sukarja, Ir. 1983. Petunjuk
Singkat Pengelolaan Kebun Teh. Badan Pelaksana Protek Perkebunan Teh Rakyat
dan Swasta Nasional. Bandung.
Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Teh
Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius; Yogyakarta. 154 hal.
Lemah Lah Informasinya ..
ReplyDelete