BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Alam semesta atau jagad raya didefinisikan sebagai ruang dan waktu dimana
semua energi dan materi berpadu. Alam semesta, kadang disebut alam raya atau mayapada. Terjadinya alam semesta telah
dipelajari oleh manusia sejak dahulu. Dari waktu ke waktu, sejalan dengan
perkembangan akal pikiran manusia yang diikuti oleh kemajuan teknologi,
pandangan terhadap alam semesta semakin luas.
Terbentuknya
alam semesta menjadi teka-teki yang menyibukkan bagi umat manusia. Sejauh
perkembangan teori terbentuknya alam semesta, belum ada yang dapat membuktikan
secara empirik kebenarannya. Hal ini dikarenakan manusia adalah hal nisbi bagi
alam raya. Manusia adalah sesuatu yang sangat baru di alam raya. Maka walaupun manusia dengan susah payah mencari-cari
bagaimana terbentuknya
alam semesta sering terhalang keterbatasan pandangannya. Keterbatasan pandangan ini sangat
terikat dengan pengetahuan apriori yang dimiliki manusia. Hal ini
menyebabkan bahwa pandangan tentang alam raya sulit diuji kebenarannya melalui
pengalaman.
Awal
mula, manusia berpandangan bahwa alam semesta terbentuk dalam mitos. Menurut bangsa Mesir Purba, alam raya ini
dikuasai Dewi Langit Nut yang tubuhnya bertaburan bintang, memayungi alam raya
sambil menopang langit agar tidak runtuh menekan bumi. Setiap malam dia menelan
matahari dan memuntahkannya di pagi hari. Di antara pagi dan malam hari
matahari berlayar di langit dengan menggunakan perahu.
Dalam makalah ini penulis membahas teori-teori tentang
pembentukan alam semesta
ditinjau dari
pandangan barat
juga pandangan
Islam yaitu menurut Alquran.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa itu alam semesta?
2. Bagaimana teori barat tentang
terbentuknya alam semesta?
3. Bagaimana terbentuknya alam semesta
menurut pandangan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Alam
Semesta
Menurut pengetahuan terkini dalam fisika modern, planet bumi
mengelilingi matahari. Galaksi bintang-bintang tempat matahari berada merupakan
satu dari jutaan galaksi yang tersebar pada sistem ruang dan waktu yang
berkembang dari ledakan energi milyaran tahun lalu. Alam semesta atau jagat
raya adalah suatu ruangan yang maha besar yang di dalamnya terdapat kehidupan
yang biotik dan abiotik, serta di dalamnya terjadi segala peristiwa alam baik
yang dapat diungkapkan manusia maupun yang tidak. Pengertian alam semesta
mencakup tentang mikrolosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda-benda
yang mempunyai ukuran sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amuba, dan
sebagainya. Sedang makrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran sangat
besar, misalnya bintang, planet, dan galaksi.
Awal konsep alam semesta para ilmuwan menetapkan bumi sebagai
pusatnya, yaitu dengan istilah geosentris yang Cladius Ptelemolus. Seiring
majunya zaman, Nicolas Copernicus
menemukan teori baru yang menyatakan bahwa matahari adalah pusat alam
semesta yang disebut teori heliosentris. Namun teori tersebut ternyata lebih
tepat untuk tata surya. Tata surya hanyalah sebagian dari galaksi, dan masih
banyak galaksi yaitu kumpulan bintang yang ada di alam semesta ini.
B.
Teori Barat Tentang Terbentuknya Alam Semesta
Ada tiga teori besar tentang terciptanya alam semesta, yaitu
Teori Keadaan Tetap (Ready State Theory), Teori Dentuman Besar (Big
Bang) dan Teori Osilasi. Ahli astronomi Inggris Freud Hoyle mengajukan
Teori Keadaan Tetap (Steady State
Theory) sebagai wujud adanya alam semesta. Menurut teori ini, hanya materi yang ada, dan begitulah adanya
sepanjang waktu yang tak terbatas. Dari pendirian itu, diklaim bahwa alam
semesta selalu ada dan tidak diciptakan. Teori ini dianut oleh kaum
materialisme.
Sebagai tambahan bagi klaim mereka, bahwa alam semesta ada
dalam waktu yang tidak terbatas, penganut materialisme juga mengemukakan bahwa
tidak ada tujuan atau sasaran di dalam alam semesta. Mereka menyatakan bahwa
semua keseimbangan, keselarasan, dan keteraturan yang tampak di sekitar kita
hanyalah peristiwa kebetulan.
Teori Osilasi hampir sama dengan Teori Keadaan Tetap (Steady
State Theory) yang menyatakan bahwa
alam semesta tidak ada awal dan tidak ada akhir. Namun, model osilasi ini
mengakui adanya dentuman besar yang mengakibatkan terjadinya pengembangan,
lalu gravitasi akan menyedot kembali
sehingga kempis (collapse) yang kemudian akan padat kembali. Setelah
kembali, selanjutnya terjadi dentuman besar lagi dan mengempis lagi. Dengan
kata lain alam semesta ini berkelakuan melar-menciut-melar-menciut. Begitu
seterusnya.
Pendapat bahwa alam semesta sudah ada sejak waktu yang tak
terbatas terkubur ketika abad 20 ditemukan penemuan baru. Sejak tahun 1920-an,
telah muncul bukti tegas bahwa pendapat ini tidak mungkin benar. Para ilmuwan
sekarang merasa pasti bahwa jagat raya tercipta dari ketiadaan, sebagai hasil
suatu ledakan besar yang tak terbayangkan, yang dikenal sebagai Teori Dentuman
Besar (Big Bang)”. Dengan kata lain, alam semesta terbentuk, atau
tepatnya, diciptakan oleh Allah.
Abad ke-20 juga menyaksikan kehancuran klaim materialis bahwa
segala sesuatu di jagat raya adalah hasil dari kebetulan dan bukan rancangan.
Riset yang diadakan sejak tahun 1960-an dengan konsisten menunjukkan bahwa
semua keseimbangan fisik alam semesta umumnya dan bumi kita khususnya dirancang
dengan rumit untuk memungkinkan kehidupan.
Teori
yang akhirnya diposisikan dan diterima sebagai pandangan yang ilmiah adalah
Teori Dentuman Besar (Big Bang). Teori ini berpandangan bahwa alam
semesta ini pada mulanya terjadi dengan peledakan. Menurut George Ganow dalam
Musthafa (1980), pada saat-saat permulaan dari timbulnya alam semesta ini,
ialah bahwa semua massa (benda-benda) yang akan membentuk alam semesta seperti
galaxi-galaxi, semua nebula, gas-gas, matahari, bintang-bintang, seluruh planet
dan satelit serta zat-zat kosmos lainnya, berkumpul menjadi satu di bawah
tekanan yang maha tinggi dan sangat kuat, sehingga menyebabkan pecah dan runtuh
berantakan (collapse). Alam semesta tercipta dari sebuah
ledakan kosmis sekitar 10-20 milyar tahun yang lalu mengakibatkan adanya
ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis
tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam sebuah titik.
Selain
adanya teori terciptanya alam semesta, ada banyak teori mengenai terciptanya
tata surya, bagian kecil dari alam semesta. Adapun beberapa teori tersebut:
1. Teori Bintang Kembar
Menurut
teori ini, dahulu matahari merupakan bintang kembar. Kemudian bintang
kembarannya meledak menjadi kepingan-kepingan. Karena pengaruh gaya gravitasi
bintang yang tidak meledak (matahari), maka kepingan-kepingan itu bergerak
mengitari bintang tersebut dan menjadi planet-planet.
Adapun
alasan dari pendapat ini adalah karena setelah penelitian terhadap tata surya
lain ternyata ada tata surya yang memiliki bintang kembar, oleh karena itu
Lyttleton, seorang astronom Inggris beranggapan bahwa tata surya kita terbentuk
dari proses meledaknya bintang kembar. Teori ini mempunyai kelemahan karena
berdasarkan analisis matematis yang dilakukan oleh para ahli menunjukan bahwa
momentum anguler dalam sistem tatasurya yang ada sekarang ini tidak mugkin
dihasilkan oleh peristiwa tabrakan dua buah bintang.
2. Teori Nebular
Immanuel
Kant (1749-1827), seorang ahli filsafat berkebangsaan Jerman membuat suatu
hipotesis tentang terbentuknya tata surya pada tahun 1755. Menurut teori ini, jagad raya berasal dari
gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan dan memadat karena adanya gaya
tarik-menarik dan tolak-menolak, dari bagian-bagiannya terbentuklah pada
pusatnya sebuah inti. Bagian inti atau
tengah kabut itu menjadi gumpalan gas yang kemudian membentuk matahari, dan
bagian kabut di sekelilingnya menjadi planet, satelit dan benda-benda langit
lainnya.
Seorang
ahli astronomi dan ilmuan fisika dari Perancis, Pierre Simon de Laplace
mengemukakan teori yang hampir serupa dengan teori Immanuel Kant pada tahun
1796. Menurut Laplace, tata surya berasal dari kabut panas yang terus berputar
sehingga membentuk gumpalam kabut, yang pada akhirnya bentuknya menjadi bulat
seperti bola. Akibatnya, bola tersebut memepat pada kutubnya, dan melebar pada
bagian equatornya. Kemudian massa gas pada equatornya mejauhi gumpalan inti dan
membentuk cincin-cincin yang melingkari inti tersebut. Dalam waktu yang lama,
cincin-cincin tersebut berubah menjadi gumpalan padat yang kemudian membentuk
planet-planet dengan satelitnya dan benda langit lainnya. Sedangkan inti kabut
tetap berbentuk gas berpijar yang kemudian disebut sebagai matahari.
Persamaan
kedua teori diatas terletak ada materi pembentuk tata surya, yaitu kabut
(nebula), sehingga teori tersebut bisa disebut dengan teori kabut atau teori
nebula. Teori kabut ini telah dipercaya orang selama kira-kira
100 tahun, tetapi sekarang telah banyak ditinggalkan karena tidak mampu
memberikan jawaban-jawaban kepada banyak hal atau masalah di dalam tata surya
dan juga karena munculnya banyak teori baru yang lebih memuaskan.
3. Teori Tidal Atau Teori Pasang Surut
Teori ini dipopulerkan oleh Sir James Jeans
(1877-1946) dan Harold Jeffreys (1891) yang keduanya dari Inggris. Menurut
teori ini, gaya tarik bintang yang besar pada permukaan matahari terjadi proses
pasang surut seperti peristiwa pasang surutnya air laut di bumi akibat gaya
tarik bulan. Sebagian massa matahari itu
membentuk cerutu yang menjorok ke arah bintang itu mengakibatkan cerutu itu
terputus-putus membentuk gumpalan gas di sekitar matahari dengan ukuran yang
berbeda-beda, gumpalan itu membeku dan kemudian membentuk planet-planet.
Teori ini menjelaskan mengapa
planet-planet di bagian tengah seperti Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus
merupakan planet raksasa sedangkan di bagian ujungnya merupakan planet-planet
kecil. Kelahiran kesembilan planet itu karena pecahan gas dari matahari yang
berbentuk cerutu itu maka besarnya planet-planet iti berbeda-beda yang terdekat
dan terjauh besar tetapi yang di tengah lebih besar lagi.
C.
Terbentuknya Alam Semesta Menurut Pandangan Islam
Allah menurunkan Al Quran kepada manusia empat belas abad
yang lalu.Al
Quran mencakup beberapa penjelasan ilmiah dalam tautan keagamaannya. Beberapa fakta
yang baru dapat diungkap dengan teknologi abad ke-21 ternyata telah dinyatakan
Allah dalam Al Quran empat belas abad yang lalu.
Dalam Al Quran, terdapat banyak bukti yang memberikan
informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta.
Kenyataan bahwa dalam Al Quran tersebut sesuai dengan temuan terbaru ilmu
pengetahuan modern adalah hal penting,
karena keasesuaian ini menegaskan bahwa Al Quran adalah ” firman Allah”.
Al Qur’an surat Fussilat (41:11)
artinya: ” Kemudian Dia menuju langit dan langit itu
masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: ”Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya
menjawab: ”Kami datang dengan suka hati”. Kata asap dalam ayat tersebut
menurut para ahli tafsir adalah merupakan kumpulan dari gas-gas dan
partikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada tempratur yang
tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.
Dalam Al Quran surat Al-Anbiya (21:30) disebutkan
”Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu (sebingkah
penuh), kemudian Kami pisahkan antara keduanya.Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” .
Matahari adalah
benda angkasa yang menyala-nyala yang telah berputar keliling sumbuhnya sejak
berjuta-juta tahun. Dalam proses perputarannya dengan kecepatan tinggi itu,
maka terhamburkan
bingkah-bingkahan
yang akhirnya menjadi beberapa benda angkasa termasuk bumi. Masing-masing
bingkah beredar menurut garis tengah lingkaran matahari, semangkin lama semangkin
bertambah jauh,
hingga
masing-masingnya menempati garis edarnya yang sekarang. Dan seterusnya akan
tetap beredar dengan teratur sampai batas waktu yang hanya diketahui oleh Allah
S.W.T
Kemudian
Surat Adz Dzaariyaat (51:47)”
Dan langit, dengan kekuasaan Kami,Kami bangun dan Kami
akan memuaikannya selebar-lebarnya”. Teori Big Bang juga mengatakan adanya pemuaian alam
semesta secara terus menerus dengan kecepatan maha dahsyat yang di umpamakan
mengembangnya permukaan balon yang sedang ditiup ,yang mengisyaratkan bahwa
galaksi akan hancur kembali. Isyarat ini sudah dijelaskan dalam surat Al-Anbiya
(21:104) ”(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran -
lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah
Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati;
sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya”
Dalam surat Al-Sajda (32:4)
artinya : ” Allah-lah yang menciptakan langit dan
bumi dan apa yang ada di antara mereka dalam enam hari;
maka Ia mendirikan sendiri di atas Arsy. Anda tidak memiliki selain-Nya setiap pelindung atau
perantara apapun; Maka apakah kamu tidak
diingatkan?” . Uraian penciptaan langit dan bumi dan apa-apa yang
ada antara keduanya, terdapat dalam
surat Fush-Shilat ayat 9,10 dan 12. yang perincian tafsirannya sebagai
berikut: Tahapan pertama penciptaan bumi
2 rangkaian waktu, tahapan kedia penyempurnaan aparat bumi 2 rangkaian
waktu, tahap ketiga penciptaan (angkasa raya) dan planet-planetnya 2 rangkaian
waktu. Jadi terbentuknya alam raya ini terjadi dalam 6 rangkaian waktu atau 6
masa.
Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang
berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat
menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai
dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Masa I (ayat
27): penciptaan langit pertama kali
Pada Masa I,
alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big
bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah
gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan)
yang terbentuk dari ledakan tersebut terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah
unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar
dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius,
terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen
yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infrared. Perubahan
wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang
dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya,
angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan
menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa
piringan, yang kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang
dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen
(lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal
sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi.
2.
Masa II (ayat 28): pengembangan dan
penyempurnaan
Dalam ayat 28
di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata
”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang,
sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi.
Mengembangnya
alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big
bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam
semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat
diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar
tahun.
Sedangkan kata
”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk,
melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Sebelum langit itu disempurnakan,
keadaanyya masih primitif dan masih sempit atau belum meluas. Misalnya
kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus
mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
3.
Masa III (ayat 29): pembentukan tata
surya termasuk Bumi
Surat
An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan
siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan
matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang
dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang
relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti
pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya
matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi
nuklir dalam inti besinya Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti
besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta
tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi
masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda
angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi,
unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan
itu sendiri.
4.
Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di
Bumi
Penghamparan
yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan
superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga
Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, “Katakanlah:
‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah
Rabb semesta alam”.
Sedang dalam Surat Nuh ayat 9, “Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai
hamparan”. Bumi dijadikan hamparan. Meskipun
tidak licin, tetapi sudah memenuhi syarat-syarat untuk bekerja/berfungsi
sebagaimana mestinya dan sudah memenuhi syarat hidup bagi makhluk biologis dan
botanis.
5.
Masa V (ayat 31): pengiriman air ke
Bumi melalui komet
Dari ayat 31 di
atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula
terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi
ada air.
Air
diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih
sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan
unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai
hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium
dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah
unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.
Karena semua
kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama
berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
6.
Masa VI (ayat 32-33): proses geologis
serta lahirnya hewan dan manusia
Dalam ayat 32
di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya,
gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan
munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar
lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah.
Kemudian,
setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia
sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih
sangat muda dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan
dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan
dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, ”Dan dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat
masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.
BAB III
PENUTUP
A.
Latar Belakang
Alam semesta atau
jagat raya adalah suatu ruangan yang maha besar yang di dalamnya terdapat
kehidupan yang biotik dan abiotik, serta di dalamnya terjadi segala peristiwa
alam baik yang dapat diungkapkan manusia maupun yang tidak.
Dari pembahasan
di atas, dikemukakan beberapa teori dari
beberapa ilmuwan serta dari pandangan Islam berdasarkan Al Quran. Teori terciptanya alam semesta
meliputi Teori Keadaan Tetap (Steady State Theory), Teori Dentuman Besar
(Big Bang) Dan Teori Osilasi. Sedangkan pembentukan tata surya
dibahaskan dalam teori bintang kembar, teori nebular dan teori tidal atau
pasang surut.
Dari sekian
banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ilmuwan ternyata ilmuwan modern
menyetujui bahwa teori dentuman besar (Teori Big
Bang) merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan
mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Namun perlu disadari bahwa
jauh sebelum para ahli mengemukakan teori Big Bang, ayat- ayat Al Quran telah
secara jelas menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk dalam 6 masa.
B.
Saran
Demikianlah
yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah
ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan
kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah
ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik
saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Baiquni, Achmad. 1994.
Al Quran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf.
Djamaluddin. 2011. Penciptaan
Alam Semesta Melewati Enam Masa.
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Kosmografi. Surakarta: LPP UNS dan
UNS Press.
Firdaus, Feris. 2004.
Alam Semesta: Sumber Ilmu,
Hukum, dan Informasi Ketiga Setelah Al Quran dan Al Sunnah.
Yogyakarta: Insania Cita
Press.Jasin, Maskoeri. 1988. Ilmu
Alamiah Dasar (IAD). Surabaya: Pt Bina Ilmu.
Marzuki, Achmad. 2012. Teori
Terbentuknya Alam Semesta.
Maskufa. 2009. Ilmu Falaq. cet. I. Jakarta: Gaung Persada Press.
Musthafa. 1980. Alam Semesta dan Kehancurannya
Menurut Al Quran dan Ilmu Pengetahuan. Bandung: Almaarif.
Nizamudin, dkk. 1991. Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Purnama, Heri. 2008.
Ilmu Alamiah Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.Riyanto, Bambang dkk.
Perkembangan Pemikiran Tentang Pembentukan Alam Raya.
Ruslan, Heri. Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran Tentang Penciptaan Alam Semesta.
Ward, Keith. 1996. Dan Tuhan Tidak Bermain Dadu:
Argumen Bagi Keterciptaan Alam Semesta (terj.) Bandung: Mizan.
izin copas
ReplyDeletesama gan,terima kasih
ReplyDeletesama gan ,terima kasih
ReplyDeleteIzin copas ya
ReplyDelete