BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tawuran, kata ini tidak asing lagi dikalangan
siapapun baik remaja dan dewasa bagi mereka tawuran adalah budaya dan harus
dilestarikan dan ini merupakan pemuas emosi bagi mereka, modus paling kuat
adalah sejarah antara sekolah sehingga menjadi turun temurun yang mana diantara
mereka menjadi profokator Siswa hanya satu menjaga harga diri ketika sudah
tawuran mereka sudah tidak ingat mati lagi dan mereka lupa dengan bahasa “damai
itu indah” mereka memang berangkat sekolah dengan pakaian seragam dan
tas akan tetapi isi tas itu bukan alat tulis melainkan senjata untuk tawuran
sehingga mereka berangkat untuk tawuran bukan sekolah untuk belajar.
Tawuran juga dapat dipicu oleh ketidakmampuan orang
dewasa memahami dunia anak, energi yang tidak tersalurkan dengan baik, dan
fasilitas yang terbatas. Kemudian tekanan sistem pendidikan yang membuat anak
stres, pengaruh kelompok atau pergaulan, juga pendapat dan suara anak yang
tidak didengarkan. "Serta kurangnya penghargaan terhadap anak dan pemanfaatan
waktu luang,"
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tawuran
Dalam
kamus bahasa Indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai perkelahian yang
meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar.
Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang
sedang belajar.
Secara
psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu
situasional dan sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian
terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi.
Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah
secara cepat.
2. Delikuensi sistematik, para remaja
yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau
geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti
angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat
melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa
pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana
dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa
adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup
kelompok teman sebayanya.
B. Faktor- faktor yang menyebabkan
tawuran pelajar
Berikut ini adalah faktor-faktor
yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a.
Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam
diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri
yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh
yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu
melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai
keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang
mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya
tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu,
ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya
perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri,
tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya
membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang
sekelilingnya.
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang
datang dari luar individu, yaitu :
1.
Faktor Keluarga
Keluarga
adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang
anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan di dalam keluarganya maka
setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan
karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak
harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan
oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak
menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya
psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut
Hirschi (Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah
satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai
figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
2.
Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan
para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya. Sekolah
merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun
sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini
dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya
disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki
cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut
menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para
siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik
yang memiliki kepribadian yang baik.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan
rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja
yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut
ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola
kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak
adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar
di sekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
Hal yang menjadi pemicu tawuran
Tak jarang disebabkan oleh saling
mengejek atau bahkan hanya saling menatap antar sesama pelajar yang berbeda
sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran. Dan
masih banyak lagi sebab-sebab lainnya.
C. Dampak karena tawuran pelajar
Beberapa dampak negatif dari
terjadinya tawuran pelajar adalah:
a.
Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi
korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian.
b.
Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya
rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah
warga.
c.
Terganggunya proses belajar mengajar.
d.
Menurunnya moralitas para pelajar.
e.
Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan
saling menghargai.
D. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi tawuran pelajar
Dalam
usaha mengatasi tawuran pelajar, baik pencegahan maupun penanggulangan pasca kejadian.
Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
a.
Memberikan pendidikan etika dan moral untuk para pelajar.
b.
Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh
para pelajar. Seperti hadirnya
seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar
untuk selalu bersikap baik.
c.
Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang
sejatinya sedang mencari jati diri.
d.
Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah
atau di lingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya : membentuk ikatan remaja
masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan
setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya.
e.
Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan
dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan
bakat dan potensi remaja.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tawuran
pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian
tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar
Faktor
yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa itu
sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar
individu, diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Dampak
tawuran pelajar tidak hanya berimbas pada pribadinya juga berimbas pada
masyarakat serta proses belajar mengajar di sekolahnya.
Dalam
penanggulangan tawuran pelajar pada dasarnya diharapkan adanya pembelajaran
etika dan moral. Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah
diberikan pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik.
Masyarakat sekitar pun harus bisa membantu para remaja dalam mengembangkan
potensinya dengan cara mengakui keberadaanya.
B.
Saran
Dalam menyikapi masalah remaja
terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis memberikan beberapa saran.
Diantaranya :
1. Adanya penanaman etika dan moral
baik dalam lingkup keluarga, sekolah maupun lingkungan sekitarnya.
2. Keluarga sebagai awal tempat
pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola pikir yang baik untuk para
pelajar
3. Masyarakat mesti menyadari akan
perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
4. Lembaga pendidikan formal sudah
semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk membantu para pelajar mengasah
kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada didalam dirinya.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment